FSB Rusia Gagalkan Upaya Pembunuhan Uskup Dekat Putin, Ukraina Dituding Terlibat

Badan Keamanan Rusia (FSB) berhasil menggagalkan rencana pembunuhan terhadap seorang uskup senior Gereja Ortodoks Rusia, Tikhon Shevkunov, yang dikenal memiliki kedekatan dengan Presiden Vladimir Putin. Pemerintah Moskow menuding bahwa rencana tersebut didalangi oleh Ukraina.

Shevkunov, yang kerap disebut dalam berbagai laporan sebagai “penasihat rohani” Putin, dikenal sebagai sosok yang sering mendampingi Presiden Rusia tersebut. Seperti dilaporkan oleh AFP pada Jumat (28/2/2025), ia juga merupakan anggota dewan penasihat Putin dalam bidang seni dan kebudayaan. Kedekatannya dengan Putin dikabarkan sudah terjalin sejak era 1990-an.

Pada usia 66 tahun, Shevkunov diangkat sebagai Metropolitan Crimea—gelar bagi seorang uskup senior—pasca aneksasi wilayah tersebut oleh Rusia dari Ukraina pada tahun 2014.

FSB dalam laporannya menyebutkan telah menahan dua tersangka yang diduga merencanakan serangan ini, yaitu seorang pria asal Ukraina dan seorang pria berkewarganegaraan Rusia. Menurut FSB, kedua orang tersebut direkrut oleh dinas intelijen Ukraina (GUR) melalui aplikasi Telegram.

Kantor berita TASS mengidentifikasi tersangka sebagai Denis Popovich, asisten pribadi Shevkunov, serta Nikita Ivankovich, seorang rohaniwan gereja. FSB mengklaim bahwa kedua tersangka menerima perangkat peledak rakitan pada Desember lalu dengan tujuan untuk membunuh Metropolitan Tikhon, sebelum melarikan diri dari Moskow menggunakan paspor palsu.

Laporan lain menyebut bahwa para pelaku berencana meninggalkan bahan peledak di sebuah tempat tinggal yang berlokasi di Biara Sretensky, Moskow, bertepatan dengan kunjungan Shevkunov ke sana.

Rekaman video yang dirilis oleh media Rusia, Zvezda, menunjukkan momen penangkapan salah satu tersangka yang dibawa secara diam-diam ke dalam sebuah van oleh pasukan keamanan. Video lainnya memperlihatkan seorang tersangka dalam kondisi terborgol dengan posisi tengkurap. Selain itu, media lokal Rusia juga menayangkan video pengakuan dari para tersangka.

Hingga kini, pihak Ukraina belum memberikan tanggapan resmi terkait tuduhan tersebut.

Kim Jong Un Tampilkan Rudal Baru, Siap Hadapi Ancaman dengan Kekuatan Baru

Korea Utara kembali mencuri perhatian internasional dengan melakukan uji coba rudal jelajah strategis, yang langsung dipantau oleh Pemimpin Tertinggi Kim Jong Un. Uji coba yang berlangsung pada Rabu, 26 Februari ini menjadi momen krusial bagi negara tersebut untuk memperlihatkan keseriusannya dalam menjaga kesiapan pertahanan dan menjaga kedaulatan nasional. Kim Jong Un menegaskan bahwa kesiapan untuk menggunakan senjata nuklir adalah salah satu langkah vital dalam mempertahankan keselamatan negara dan menjaga keamanan jangka panjang.

Melalui pernyataan yang disampaikan oleh Kantor Berita Korea Utara (KCNA), Kim menyebutkan bahwa “kemampuan serangan yang kuat” yang dimiliki oleh Korea Utara adalah kunci bagi kekuatan pencegahan dan pertahanan yang unggul. Ia lebih lanjut menekankan bahwa tugas utama angkatan bersenjata nuklir Korut adalah untuk mempertahankan kedaulatan negara secara permanen dengan mengandalkan perisai nuklir yang handal. Kim juga menambahkan bahwa kesiapan penuh terhadap penggunaan kekuatan nuklir menjadi prioritas utama dalam memastikan stabilitas dan kelangsungan negara.

Pernyataan tersebut menjadi sinyal kuat bagi dunia bahwa Korea Utara tetap berkomitmen untuk memperkuat kemampuan pertahanannya, terutama dalam hal pengembangan senjata nuklir. Uji coba rudal tersebut dilakukan di lepas pantai barat Semenanjung Korea, dan menurut KCNA, langkah ini diambil sebagai peringatan kepada pihak-pihak yang dianggap mengancam stabilitas keamanan kawasan. Meskipun tidak secara langsung menyebutkan pihak yang dimaksud, banyak yang meyakini bahwa “musuh” yang dimaksud adalah Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk Korea Selatan.

Korut sendiri telah mengembangkan rudal jelajah strategis dalam beberapa tahun terakhir, yang dirancang untuk membawa hulu ledak nuklir. Jenis rudal ini, meskipun tidak menimbulkan ketegangan sebesar uji coba rudal balistik, tetap saja menjadi perhatian internasional karena potensinya dalam meningkatkan kekuatan militer Korea Utara. Dewan Keamanan PBB tidak secara spesifik melarang rudal jelajah ini, meskipun mereka telah memberlakukan berbagai sanksi terkait pengembangan senjata nuklir dan rudal balistik oleh negara tersebut.

Sementara itu, Korea Selatan melaporkan bahwa mereka telah mendeteksi adanya tanda-tanda persiapan peluncuran rudal dari Korea Utara. Pihak militer Korsel juga mengonfirmasi bahwa beberapa rudal jelajah yang diluncurkan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 waktu setempat telah berhasil dilacak terbang di atas perairan laut. Uji coba rudal ini menambah kekhawatiran di kalangan negara-negara tetangga, terutama Korea Selatan dan Jepang, yang sudah lama merasa terancam dengan aktivitas militer Korea Utara yang semakin intensif.

Dengan latar belakang ketegangan geopolitik yang terus meningkat di kawasan Asia Timur, peluncuran rudal ini menjadi pengingat akan pentingnya bagi Korea Utara untuk terus menunjukkan kemampuan pertahanannya. Uji coba ini juga menjadi tanda bagi dunia bahwa ketegangan yang ada berpotensi menciptakan ketidakstabilan yang lebih besar jika tidak dikelola dengan hati-hati.

Israel Ambil Alih Pengelolaan Masjid Ibrahimi dari Palestina

Otoritas Israel yang menguasai wilayah kolonial telah memberi tahu pihak administrasi Masjid Ibrahimi di Hebron, Tepi Barat bagian selatan, bahwa pengelolaan masjid kini dialihkan dari Kementerian Wakaf Otoritas Palestina ke Otoritas Perencanaan Sipil Israel. Menurut laporan Quds Press, keputusan ini memungkinkan kelanjutan pembangunan atap di area yang dikenal sebagai “halaman” di dalam Masjid Ibrahimi.

Sekitar 20 tahun lalu, pemukim Yahudi mendirikan tenda di halaman tersebut, menjadikannya sebagai tempat ibadah yang masih digunakan hingga saat ini. Mereka mendesak agar area tersebut diberikan atap permanen untuk diubah menjadi ruang doa tertutup. Pada 9 Juli tahun lalu, pasukan Israel mulai membangun atap di halaman tersebut, namun proyek dihentikan dua hari kemudian setelah aksi protes masyarakat Hebron, termasuk aksi duduk dan demonstrasi.

Kementerian Wakaf Palestina dengan tegas menolak langkah Israel ini dan tetap menegaskan otoritasnya atas Masjid Ibrahimi. Sementara itu, Hamas mengutuk keputusan tersebut, menyebutnya sebagai “serangan terang-terangan terhadap status Masjid Ibrahimi” serta bagian dari rangkaian tindakan terhadap situs suci Islam. Dalam pernyataan terbaru, Hamas menyoroti bahwa keputusan ini bertepatan dengan peringatan 31 tahun tragedi di Masjid Ibrahimi, yang menurut mereka mengungkap niat Israel untuk melanjutkan proses Yahudisasi, membagi area masjid, serta memperketat kendali mereka atas tempat ibadah ini.

Putin: Inggris Jadi Target Sempurna bagi Senjata Nuklir Rusia

Keputusan Inggris untuk meningkatkan anggaran pertahanan secara signifikan di tengah ketegangan yang terus berkembang dengan Rusia memicu reaksi keras dari tokoh-tokoh pendukung Presiden Vladimir Putin. Beberapa figur yang dikenal sebagai corong pemerintah Rusia menyuarakan amarah mereka terhadap langkah Inggris ini, bahkan dengan nada yang penuh provokasi, mengancam bahwa negara itu bisa menjadi sasaran uji coba senjata nuklir Rusia.

Pada Selasa (25/2/2025), Perdana Menteri Keir Starmer mengumumkan rencana peningkatan terbesar dalam anggaran pertahanan Inggris sejak Perang Dingin, menyusul meningkatnya ketegangan dengan Rusia akibat invasi ke Ukraina. Starmer menyatakan bahwa Inggris akan mengalokasikan 2,5% dari produk domestik bruto (PDB) untuk pertahanan pada tahun 2027, dan angka itu akan meningkat menjadi 3% dalam dekade berikutnya.

Sebagai respons terhadap pengumuman tersebut, sejumlah tokoh media Rusia mulai memberikan komentar pedas. Sergey Mardan, seorang tokoh media yang cukup berpengaruh di Rusia, menyatakan bahwa Inggris tidak memiliki cukup kekuatan untuk menanggapi ancaman dari Rusia. Ia menyindir bahwa negara-negara seperti Inggris, Wales, Skotlandia, dan Ulster mengalami kesulitan dalam merekrut personel militer yang cukup, mengingat generasi muda di negara itu lebih memilih untuk menghindari tugas militer. “Pemuda Inggris tidak tertarik untuk menjalani tugas militer yang keras,” kata Mardan, sambil menambahkan bahwa Rusia akan menjadi penentu dalam menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan tersebut.

Tidak hanya Mardan yang memberikan komentar pedas, namun juga Vladimir Solovyov, seorang penyiar televisi pemerintah Rusia, yang dengan sengaja mengungkit ancaman senjata nuklir Rusia, yaitu Poseidon, kendaraan nirawak bawah laut yang dapat membawa senjata nuklir berkecepatan tinggi. Solovyov mengungkapkan bahwa Inggris adalah tempat yang sempurna untuk menguji senjata tersebut, mengklaim bahwa Poseidon dapat dengan mudah menenggelamkan seluruh wilayah Inggris dalam sekejap. “Inggris adalah pulau yang sempurna untuk uji coba Poseidon,” ujarnya dengan nada sinis. Ia bahkan mempertanyakan berapa lama Keir Starmer—yang saat itu masih menjabat sebagai Perdana Menteri—akan bertahan di permukaan air setelah uji coba Poseidon tersebut.

Serangan verbal ini tidak hanya berhenti di situ. Olga Skabeeva, seorang pembawa acara televisi yang dikenal sebagai “Boneka Besi” yang sering mendukung narasi pemerintah Putin, juga ikut berkomentar. Ia menilai langkah Inggris dalam menanggapi ancaman Rusia sebagai kebijakan yang tidak patriotik, menyebut bahwa untuk menjadi patriot sejati, Inggris seharusnya selalu berperang dengan Rusia. “Patriotisme Inggris yang sejati adalah perang abadi dengan Rusia,” tegas Skabeeva.

Dengan meningkatnya ketegangan antara kedua negara ini, Inggris semakin menunjukkan komitmennya dalam menjaga keamanan nasionalnya dengan memperkuat kemampuan pertahanan. Namun, ancaman yang datang dari pihak Rusia memperlihatkan betapa seriusnya persaingan geopolitik ini, di mana perang kata-kata bisa memanaskan hubungan diplomatik yang sudah tegang.

Ukraina Sepakat Serahkan Tanah Jarang ke Amerika Serikat

Ukraina akhirnya menyetujui permintaan Amerika Serikat terkait pemberian akses terhadap tanah jarangnya ke Washington.

Dua sumber yang mengetahui kesepakatan ini mengungkapkan pada Selasa (25/2) bahwa kedua negara telah mencapai perjanjian mengenai mineral langka, yang sebelumnya sempat disinggung oleh Trump.

Salah satu sumber yang memahami isi perjanjian tersebut menyatakan bahwa kesepakatan ini tidak mencakup jaminan keamanan dari AS maupun bantuan persenjataan secara berkelanjutan. Sebaliknya, perjanjian tersebut menegaskan bahwa Amerika Serikat ingin Ukraina tetap menjadi negara yang merdeka, berdaulat, dan aman.

Dalam beberapa waktu terakhir, Trump dan pemerintahannya terus menyoroti kepentingan AS terhadap tanah jarang yang dimiliki Ukraina.

Trump berpendapat bahwa Ukraina seharusnya menyerahkan sumber daya mineral tersebut, yang nilainya diperkirakan mencapai US$500 miliar (sekitar Rp8.108 triliun), sebagai bentuk balas budi atas dukungan yang diberikan Washington dalam konflik melawan Rusia.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, awalnya menolak permintaan ini karena dinilai tidak sejalan dengan kepentingan nasional negaranya. Kyiv juga menegaskan bahwa bantuan dari AS yang diterima selama ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan komitmen yang dijanjikan di atas kertas.

Namun, setelah penolakan tersebut, Trump melontarkan komentar tajam yang menyindir Zelensky. Ia bahkan menyalahkan Presiden Ukraina atas invasi Rusia dan menyebutnya sebagai seorang diktator.

Pada Minggu (23/2), Zelensky akhirnya mengisyaratkan bahwa ia bersedia menerima kesepakatan dengan AS untuk memberikan akses terhadap sumber daya mineral Ukraina.

Meskipun demikian, ia menetapkan syarat bahwa AS harus memberikan jaminan keamanan sebagai imbalan atas kerja sama ini.

Remaja 18 Tahun Buang Bayinya dari Jendela Hotel

Seorang bayi yang baru lahir meninggal di Paris pada Senin (24/2/2025) setelah ibunya, seorang remaja berusia 18 tahun, melemparkannya dari jendela hotel. Ibu bayi tersebut, yang berasal dari Amerika Serikat (AS), melemparkan anaknya dari lantai dua hotel tempatnya menginap. Saat ditemukan, bayi itu masih terbungkus kain dengan tali pusar yang belum terputus.

Seorang saksi mata yang melihat kejadian tersebut segera memberi tahu polisi. Bayi itu sempat dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan, tetapi nyawanya tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia pada pukul 07.45 pagi waktu setempat di rumah sakit Robert Debre.

Menurut laporan, ibu bayi itu adalah seorang pelajar dari AS yang sedang melakukan perjalanan ke Eropa bersama teman-teman sekolahnya. Ia melahirkan di kamar hotelnya yang berada di lantai dua sebelum akhirnya membuang bayinya keluar jendela. Pihak berwenang di Prancis telah memulai penyelidikan untuk mengungkap motif di balik insiden tragis ini.

Pesawat Ringan Jatuh di Texas, Pilot Berhasil Selamat dari Kobaran Api

Sebuah kecelakaan udara terjadi di Tarrant County, Texas, ketika sebuah pesawat kecil jatuh dan terbakar hebat pada Senin (24/2) siang waktu setempat. Insiden ini terjadi sekitar pukul 14.45, tepatnya di dekat blok 4000 Silver View Lane, selatan Azle. Menurut saksi mata, pesawat tampak kehilangan kendali sebelum akhirnya jatuh menghantam tanah dan langsung dilalap api.

Api Cepat Meluas ke Sekitar Lokasi Kejadian

Sesaat setelah pesawat jatuh, kobaran api langsung membesar dan menjalar ke area sekitar. Tim pemadam kebakaran serta petugas darurat segera dikerahkan ke lokasi untuk menangani kebakaran dan memastikan tidak ada dampak lebih luas. Kantor Sheriff Tarrant County mengonfirmasi bahwa saat tim penyelamat tiba, pesawat sudah dalam kondisi hangus terbakar, dan api mulai menyebar ke ladang di sekitarnya.

“Ketika petugas tiba di lokasi, mereka mendapati pesawat telah terbakar habis, sementara api juga mulai menjalar ke area sekitar,” ujar perwakilan dari Kantor Sheriff Tarrant County.

Pilot dan Penumpang Berhasil Selamat

Di balik tragedi ini, muncul kabar baik bahwa pilot dan seorang penumpang yang berada di dalam pesawat berhasil selamat tanpa mengalami luka serius. Namun, hingga kini, identitas keduanya masih dirahasiakan oleh pihak berwenang demi kepentingan penyelidikan lebih lanjut.

Rekaman yang tersebar di media sosial menunjukkan puing-puing pesawat yang telah hangus terbakar, sementara petugas pemadam kebakaran berupaya memadamkan sisa api. Departemen Pemadam Kebakaran Lake Worth memastikan bahwa pesawat yang jatuh merupakan pesawat pribadi, bukan bagian dari armada militer maupun penerbangan komersial.

Penyelidikan Masih Berlangsung

Hingga kini, otoritas setempat masih terus menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat. Tim penyelidik sedang mengumpulkan bukti, menganalisis kondisi cuaca saat kejadian, serta memeriksa kemungkinan gangguan teknis atau faktor lain yang memicu insiden ini. Selain itu, identitas pemilik pesawat juga belum diumumkan secara resmi oleh otoritas terkait.

Peristiwa ini kembali menjadi pengingat akan risiko penerbangan pesawat kecil, yang meskipun menawarkan fleksibilitas dalam perjalanan, tetap memiliki tantangan besar dalam aspek keselamatan. Diharapkan hasil investigasi dapat segera dirilis, sehingga penyebab kecelakaan ini bisa terungkap, serta langkah-langkah pencegahan dapat diambil guna menghindari kejadian serupa di masa depan. ✈🔥

Ledakan Guncang Konsulat Rusia di Prancis, Moskow Duga Aksi Teror

Sebuah ledakan terjadi di area Konsulat Jenderal Rusia yang berlokasi di Marseille, kota pelabuhan di Prancis bagian selatan. Pemerintah Moskow mendesak otoritas Paris untuk melakukan investigasi menyeluruh terhadap insiden tersebut, yang mereka duga memiliki indikasi sebagai aksi terorisme.

Menurut laporan dari media lokal Prancis yang dikutip oleh Reuters pada Senin (24/2/2025), suara ledakan terdengar di sekitar Konsulat Rusia, dan tim pemadam kebakaran segera dikerahkan ke lokasi kejadian.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, dalam pernyataannya menegaskan bahwa “ledakan yang terjadi di area Konsulat Jenderal Rusia di Marseille menunjukkan karakteristik serangan teroris.”

Moskow juga menuntut langkah cepat dari pemerintah Prancis untuk melakukan penyelidikan menyeluruh serta meningkatkan keamanan bagi kantor-kantor diplomatik Rusia di negara tersebut.

Sementara itu, seorang sumber keamanan Prancis yang dikutip oleh Reuters mengungkapkan bahwa ada dua proyektil yang dilemparkan ke dinding perimeter Konsulat Rusia di Marseille pada Senin (24/2) waktu setempat.

Salah satu proyektil tersebut dilaporkan meledak, namun belum bisa dipastikan apakah ledakan itu berhasil merusak struktur dinding Konsulat Rusia.

Menurut laporan dari BFM TV, proyektil yang digunakan dalam serangan ini diduga merupakan bom molotov yang mendarat di area taman dalam kompleks Konsulat Rusia di Marseille.

Sekolah di China Terapkan Hukuman Fisik, Orang Tua Diminta Setuju

Sebuah sekolah swasta di China bagian selatan dikabarkan menerapkan kebijakan yang mewajibkan orang tua menyetujui penggunaan hukuman fisik sebagai bagian dari disiplin siswa. Berdasarkan laporan Jimu News, aturan ini memungkinkan guru memberikan hukuman berupa pemukulan pada telapak tangan siswa maksimal 10 kali per pelanggaran, sementara hukuman berdiri dapat berlangsung hingga dua jam.

“Kami ingin menanamkan rasa tanggung jawab pada siswa atas tindakan mereka agar mereka lebih sadar dalam menghindari kesalahan yang sama serta tumbuh menjadi individu yang taat aturan dan berperilaku baik,” bunyi pernyataan dalam aturan tersebut.

Menurut laporan South China Morning Post (SCMP), sekolah yang menerapkan kebijakan ini adalah Longyuan Experimental School di Yangjiang, Provinsi Guangdong. Sekolah ini juga memiliki regulasi ketat terkait penampilan siswa, seperti larangan bagi siswa laki-laki untuk berambut panjang, serta larangan bagi siswi perempuan menggunakan lipstik, cat kuku, atau perhiasan.

Dalam upaya mendorong gaya hidup sederhana, sekolah mewajibkan siswa mengenakan pakaian dengan harga di bawah 100 yuan (sekitar Rp 224.000) serta sepatu yang tidak lebih mahal dari 80 yuan (sekitar Rp 179.000). Longyuan Experimental School dikenal sebagai salah satu institusi pendidikan unggulan di daerahnya, dengan siswa yang berhasil meraih nilai tinggi dalam ujian masuk sekolah menengah selama beberapa tahun terakhir. Saat ini, sekolah tersebut menampung sekitar 2.500 siswa dari tingkat 1 hingga 9. Bagi siswa atau orang tua yang tidak setuju dengan peraturan yang ada, sekolah memberikan opsi untuk pindah ke institusi lain.

Seorang guru yang tidak disebutkan namanya menjelaskan bahwa hukuman fisik diberikan kepada siswa yang tidak menyelesaikan tugas rumah atau melakukan kesalahan di kelas. Hukuman ini hanya diterapkan seminggu sekali sebagai bentuk peringatan. Sementara itu, hukuman berdiri diberikan kepada siswa yang tertidur atau kurang fokus saat pembelajaran berlangsung.

Pihak sekolah menyatakan bahwa aturan ini telah disesuaikan dengan regulasi yang ditetapkan Kementerian Pendidikan China pada 2021 mengenai disiplin sekolah dasar dan menengah. Namun, kebijakan tersebut sebenarnya melarang segala bentuk hukuman fisik dan membatasi durasi hukuman berdiri maksimal satu jam pelajaran atau sekitar 45 menit.

Kontroversi terkait penerapan hukuman fisik di Longyuan Experimental School menarik perhatian publik pada pertengahan Februari. Kritik terhadap kebijakan ini membuat departemen pendidikan setempat meminta sekolah untuk merevisi aturan yang ada. “Kami memastikan sekolah tidak lagi meminta orang tua untuk menandatangani persetujuan terkait hukuman fisik ini,” ujar seorang pejabat setempat.

Perdebatan mengenai kebijakan ini juga ramai diperbincangkan di media sosial. Beberapa pihak menentang keras penggunaan hukuman fisik dalam dunia pendidikan, sementara yang lain justru mendukungnya. “Sekolah seharusnya mengedepankan pendekatan yang lebih lembut dalam membimbing siswa agar mereka bisa berkembang dengan baik,” komentar salah satu warganet.

Namun, ada pula orang tua yang justru mendukung kebijakan tersebut. “Sejak anak-anak saya pindah ke sekolah ini, mereka menjadi lebih disiplin dan prestasi akademik mereka meningkat. Guru juga aktif berkomunikasi dengan saya mengenai perkembangan mereka,” ujar salah satu orang tua siswa.

Intelijen Kyiv: Rusia Siap Umumkan Kemenangan Perang atas Ukraina dan NATO

Rusia dilaporkan tengah mempersiapkan deklarasi kemenangan dalam perangnya melawan Ukraina, yang akan dirayakan pada peringatan tiga tahun dimulainya invasi besar-besaran oleh Presiden Vladimir Putin pada 24 Februari 2025. Ini adalah klaim yang disampaikan oleh Intelijen Militer Ukraina (HUR), yang mengungkapkan bahwa propaganda Rusia akan memainkan peran penting dalam memperkuat narasi kemenangan ini, dengan tujuan merusak stabilitas internal Ukraina dan mempengaruhi pandangan masyarakat dunia.

Menurut laporan dari HUR, Rusia berencana untuk memanfaatkan tanggal simbolis tersebut untuk memperkenalkan narasi yang menggambarkan negara mereka sebagai pemenang dalam konflik ini, tidak hanya melawan Ukraina, tetapi juga terhadap NATO. Kampanye ini bertujuan untuk menciptakan keraguan di dalam negeri Ukraina, serta merusak hubungan internasional yang sudah terjalin dengan mitra-mitra Barat Kyiv, dengan mencap negara-negara tersebut sebagai musuh perdamaian. Beberapa slogan yang diprediksi akan muncul dalam propaganda Rusia meliputi, “Barat mengkhianati Ukraina,” atau “Baik Moskow maupun Washington tidak peduli dengan pendapat orang Eropa dan Ukraina.”

Selain itu, Kremlin juga berencana untuk menekankan narasi bahwa pemerintahan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tidak sah. Salah satu narasi yang sudah digaungkan dalam beberapa waktu terakhir adalah kritik terhadap peran Amerika Serikat dalam konflik ini, yang dianggap telah menghabiskan miliaran dolar untuk mendukung Ukraina melalui bantuan militer. Donald Trump, mantan Presiden AS, bahkan secara terbuka mengkritik Zelensky dengan menyebutnya sebagai seorang “diktator tanpa pemilu” yang menipu Washington.

Intelijen Militer Ukraina lebih lanjut mengungkapkan bahwa Rusia bukan hanya berfokus pada Ukraina, tetapi juga pada NATO, yang selama ini dianggap sebagai bagian dari musuh yang lebih besar dalam perang ini. Propaganda yang diluncurkan oleh Kremlin dalam beberapa tahun terakhir mengarahkan opini publik untuk melihat konflik ini sebagai pertarungan antara Rusia dan aliansi Barat tersebut. Dengan perubahan arah kebijakan luar negeri AS yang kini mulai terlihat lebih mendekatkan diri dengan Rusia, termasuk negosiasi terkait bantuan militer, Rusia tampaknya berusaha memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat citra mereka sebagai pemenang dalam perang.

Sebagai bagian dari rencananya, Kremlin juga berharap untuk mendiskreditkan negara-negara Eropa yang menjadi mitra Ukraina, sekaligus merusak solidaritas internasional terhadap Kyiv. HUR menyebutkan bahwa Rusia akan memberi label ‘musuh perdamaian’ kepada pemerintah-pemerintah Eropa yang terus mendukung Ukraina. Semua langkah ini merupakan bagian dari upaya Moskow untuk mengubah opini dunia tentang legitimasi Ukraina dan mempengaruhi kebijakan internasional menjelang peringatan tiga tahun invasi yang dimulai pada 2022.

Kampanye propaganda ini menunjukkan betapa pentingnya peran informasi dalam konflik modern, di mana narasi dan persepsi global bisa menjadi senjata yang tak kalah dahsyat dari pertempuran fisik. Rusia berencana untuk meraih kemenangan dalam perang ini tidak hanya melalui kekuatan militer, tetapi juga dengan cara mengendalikan cerita yang beredar di media dan di benak masyarakat internasional.