Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, melakukan kunjungan yang jarang terjadi ke Jalur Gaza, yang memicu kecaman keras dari Kementerian Luar Negeri Palestina. Kunjungan ini berlangsung pada Selasa, 15 April 2025, ketika militer Israel masih melancarkan serangan udara dan darat di wilayah Palestina tersebut.
Menurut pengumuman dari kantor Perdana Menteri Israel, Netanyahu mengunjungi bagian utara Gaza pada tanggal tersebut. Dalam pertemuan dengan pasukan Israel, Netanyahu menegaskan komitmennya untuk terus menyerang Hamas guna membebaskan para sandera yang masih berada di tangan kelompok tersebut.
Sejak serangan yang dimulai pada 18 Maret 2025, Israel berhasil menguasai sebagian besar wilayah Gaza, memaksa ratusan ribu warga sipil untuk mengungsi dari daerah yang menjadi sasaran serangan. Pemimpin Israel, termasuk Netanyahu, berulang kali menyatakan bahwa hanya tekanan militer yang dapat memaksa Hamas untuk membebaskan sandera-sandera mereka.
Israel baru-baru ini mengajukan proposal gencatan senjata selama 45 hari, dengan syarat Hamas membebaskan sepuluh sandera yang masih hidup. Proposal tersebut juga mencakup pembebasan lebih dari seribu tahanan Palestina dan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, yang telah diblokade sejak 2 Maret.
Namun, Hamas menolak keras permintaan Israel untuk melucuti senjata, menyebutnya sebagai “garis merah” yang tidak bisa dinegosiasikan.