Laporan terbaru mengungkapkan bahwa lebih dari 5.400 kematian di Jepang terkait dengan stres dan kelelahan yang dialami pascabencana sejak tahun 1995. Data ini menunjukkan dampak jangka panjang dari bencana alam yang melanda negara tersebut, termasuk gempa bumi dan tsunami.
Menurut data yang dirilis oleh Kyodo News, angka kematian ini tercatat sejak pemerintah daerah mulai menetapkan status kematian terkait bencana setelah Gempa Besar Hanshin pada 17 Januari 1995. Dari total tersebut, 5.456 kematian telah didokumentasikan, termasuk yang terkait dengan gempa di Semenanjung Noto pada tahun lalu. Ini menunjukkan bahwa bencana alam tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik tetapi juga dampak psikologis yang berkepanjangan.
Kematian akibat stres pascabencana sering kali disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelelahan akibat evakuasi, tinggal di tempat penampungan yang tidak memadai, dan gangguan dalam akses ke layanan kesehatan. Misalnya, sejumlah orang meninggal karena trombosis vena setelah terpaksa tidur di dalam mobil selama masa evakuasi. Ini mencerminkan perlunya perhatian lebih terhadap kesehatan mental dan fisik para penyintas bencana.
Sebagian besar korban adalah orang lanjut usia yang tinggal di pusat-pusat evakuasi. Tinggal lama di tempat penampungan tanpa perawatan medis yang memadai berkontribusi pada tingginya angka kematian di kalangan kelompok rentan ini. Hal ini menunjukkan bahwa bencana alam dapat memperburuk kondisi kesehatan masyarakat yang sudah lemah, terutama bagi lansia.
Meskipun angka resmi mencatat lebih dari 5.400 kematian, banyak pihak percaya bahwa jumlah sebenarnya mungkin lebih tinggi. Proses pengajuan status kematian terkait bencana sering kali rumit dan memerlukan upaya dari keluarga korban untuk mendapatkan pengakuan resmi. Ini mencerminkan tantangan dalam mendokumentasikan dampak bencana secara akurat.
Dengan meningkatnya kesadaran akan dampak stres pascabencana, semua pihak berharap agar pemerintah Jepang dapat meningkatkan upaya dalam memberikan dukungan psikologis dan layanan kesehatan bagi penyintas bencana. Diharapkan bahwa langkah-langkah ini akan membantu mencegah kematian lebih lanjut akibat stres dan kelelahan di masa depan. Keberhasilan dalam menangani masalah ini akan menjadi indikator penting bagi kesiapsiagaan dan respons terhadap bencana di Jepang.