CEO JP Morgan Chase, Jamie Dimon, mengungkapkan pandangan yang cukup mengejutkan dengan menyatakan bahwa Perang Dunia III mungkin telah dimulai. Menurutnya, konflik yang berlangsung di beberapa wilayah seperti Ukraina dan Timur Tengah bukan lagi sekadar perselisihan regional, melainkan telah mencapai skala global.
“Perang Dunia III mungkin sudah berjalan, dengan pertempuran yang melibatkan beberapa negara secara terkoordinasi,” ujar Dimon saat berbicara kepada Institute of International Finance.
Dimon menambahkan bahwa ketegangan yang melibatkan negara-negara seperti Rusia, China, Iran, dan Korea Utara menunjukkan adanya “poros kekuatan” yang ingin menantang tatanan dunia yang kooperatif. Ia mengingatkan bahwa risiko eskalasi global perlu disadari oleh para pemimpin keuangan internasional.
“Negara-negara ini tidak menunggu lama untuk bertindak. Bahayanya sangat nyata jika melihat sejarah,” paparnya. Dimon juga menyoroti bahwa ancaman ini bahkan lebih besar daripada kekhawatiran tentang perekonomian global atau perubahan iklim.
Ketegangan Terus Meningkat di Berbagai Wilayah
Jenderal Charles Flynn dari Angkatan Darat AS juga menyuarakan keprihatinannya akan bahaya dari kolaborasi antara negara-negara otoriter yang dapat memicu ketegangan global. Ia memperingatkan bahwa beberapa konflik regional yang terjadi di Eropa dan Timur Tengah dapat memiliki dampak besar jika merembet ke wilayah lain seperti Asia.
Sementara itu, Presiden China Xi Jinping menginstruksikan pasukan roket nuklirnya untuk meningkatkan persiapan perang, menambah ketegangan di kawasan Taiwan. Beijing telah melakukan serangkaian demonstrasi militer di sekitar pulau tersebut, yang diklaim sebagai bagian dari wilayahnya.
Di sisi lain, Rusia terus mengirimkan peringatan mengenai kesiapannya menggunakan senjata nuklir, khususnya terhadap serangan dari pihak Barat yang mendukung Ukraina.
Kerja Sama Otoriter untuk Menantang Dunia
Beberapa laporan menunjukkan bahwa hubungan antara Rusia, Iran, China, dan Korea Utara semakin erat dalam memberikan dukungan militer satu sama lain. Rusia, misalnya, telah menerima bantuan drone jarak jauh dari Iran dan bahkan tengah melakukan negosiasi untuk memperkuat sistem misilnya. Di sisi lain, Korea Utara telah menyuplai artileri untuk Rusia guna mendukung invasinya di Ukraina.
Langkah ini menimbulkan kekhawatiran bahwa “Poros Otoriter” tersebut semakin solid. Para analis dari Brookings Institution berpendapat bahwa dukungan Korea Utara terhadap Rusia berpotensi menginspirasi negara-negara lain untuk memperkuat aliansi militer mereka, terutama dalam menghadapi ancaman dari negara-negara Barat.
Implikasi Ekonomi dari Konflik yang Meningkat
Dampak dari konflik-konflik ini tidak hanya mengancam stabilitas politik tetapi juga akan menghantam ekonomi global. Laporan dari Bloomberg Economics memperingatkan bahwa jika konflik global meluas, kerugian terhadap perekonomian dunia dapat mencapai sekitar USD10 triliun, atau setara dengan 10 persen dari PDB global.
Dalam era yang semakin saling terhubung, setiap negara berpotensi merasakan dampaknya. Oleh karena itu, para pemimpin dunia perlu mengambil langkah-langkah bijaksana untuk menjaga stabilitas global dan menghindari bencana yang lebih besar di masa depan.