Pada awal November 2024, perusahaan retail global IKEA mengumumkan bahwa mereka akan membayar kompensasi kepada korban kerja paksa yang terjadi selama era Jerman Timur. Langkah ini diambil setelah adanya pengakuan bahwa beberapa pemasok IKEA di masa lalu terlibat dalam praktik kerja paksa yang memanfaatkan warga negara Jerman Timur, khususnya selama periode Perang Dingin. IKEA menyatakan bahwa mereka bertanggung jawab untuk memastikan bahwa hak asasi manusia dijunjung tinggi dalam seluruh rantai pasokan mereka.
Selama era Perang Dingin, Jerman Timur berada di bawah rezim komunis yang diterapkan oleh Uni Soviet. Dalam konteks ini, banyak warga negara Jerman Timur dipaksa bekerja di berbagai sektor ekonomi, termasuk di industri furnitur yang juga melibatkan perusahaan-perusahaan besar dari negara-negara Barat. IKEA, yang pada saat itu baru mulai berkembang, diduga turut menerima pasokan barang dari pabrik-pabrik yang memperkerjakan orang-orang tersebut di bawah kondisi yang sangat buruk, termasuk kerja paksa.
Sebagai bagian dari inisiatif untuk memperbaiki citranya dan mengakui kesalahan tersebut, IKEA berkomitmen untuk membayar kompensasi kepada korban yang terdampak. Pembayaran tersebut mencakup ribuan individu yang mengalami perlakuan buruk di pabrik-pabrik furnitur dan fasilitas lain yang berafiliasi dengan IKEA selama era Jerman Timur. Program kompensasi ini diatur untuk mencakup korban yang kini masih hidup serta keluarga dari mereka yang telah meninggal.
Untuk memastikan bahwa kompensasi yang diberikan tepat sasaran, IKEA bekerja sama dengan sejumlah lembaga hak asasi manusia dan organisasi yang berfokus pada masalah buruh untuk memverifikasi klaim dan memastikan bahwa setiap individu yang memenuhi syarat menerima pembayaran tersebut. Proses ini juga diawasi oleh badan internasional yang independen untuk menjaga transparansi dan keadilan.
Pengumuman IKEA ini menuai beragam tanggapan dari publik. Banyak pihak, termasuk lembaga hak asasi manusia dan aktivis, memuji perusahaan tersebut atas pengakuannya dan tindakan nyata yang diambil untuk menebus kesalahan masa lalu. Namun, ada juga yang mengkritik bahwa langkah ini terlalu lambat datangnya. IKEA sendiri berkomitmen untuk terus bekerja untuk meningkatkan transparansi dan etika dalam seluruh operasionalnya dan akan terus memperbaiki sistem rantai pasokan mereka guna menghindari terulangnya kejadian serupa di masa depan.
Dengan membayar kompensasi kepada para korban kerja paksa, IKEA berharap untuk menegaskan komitmennya terhadap keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Perusahaan ini mengakui pentingnya belajar dari masa lalu untuk menciptakan masa depan yang lebih baik, di mana keadilan dan kesejahteraan pekerja menjadi prioritas utama. Langkah ini juga diharapkan dapat menjadi contoh bagi perusahaan lain dalam mengelola dampak sosial dari operasi bisnis mereka, terutama di negara-negara yang memiliki sejarah yang kompleks seperti Jerman Timur.