Pi: Mengapa Angka Ini Spesial dan Mendapat Perayaan Global?

Setiap tahun pada tanggal 14 Maret, para penggemar matematika di seluruh dunia merayakan angka yang paling terkenal dalam dunia bilangan irasional, yaitu pi. Angka ini, yang ditulis dengan simbol π, sering kali disederhanakan menjadi 3,14 untuk kemudahan perhitungan. Namun, pi lebih dari sekadar angka. Pi adalah simbol dari keindahan dan kedalaman matematika yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari, dari sains hingga teknologi.

Mengapa Pi Begitu Spesial?

Pi (π) memang bukan satu-satunya angka penting dalam matematika. Ada juga angka e dan rasio emas yang tak kalah menarik. Bahkan, beberapa orang berpendapat bahwa angka tau (τ) lebih layak dirayakan. Namun, pi tetap menjadi angka yang paling banyak dibicarakan. Ini disebabkan oleh peranannya yang sangat penting dan luas dalam berbagai bidang, mulai dari geometri hingga fisika.

Apa Itu Pi?

Pi adalah konstanta matematika yang menggambarkan rasio antara keliling lingkaran dan diameternya. Nilai pi sendiri tak berujung dan tak berulang, menjadikannya sebagai bilangan irasional. Sebagian besar orang mengenal pi dalam bentuk pendek 3,14, tetapi deretan angka desimalnya sebenarnya tak terhingga dan terus berlanjut tanpa pola yang bisa diprediksi.

Penggunaan simbol π pertama kali diperkenalkan oleh William Jones, seorang matematikawan asal Wales, pada abad ke-18. Dia memilih huruf Yunani ini karena melambangkan kata “periphery” yang berarti keliling.

Sejarah Pi yang Panjang

Konsep tentang pi sudah dikenal sejak zaman kuno. Bangsa Babilonia, sekitar 4.000 tahun lalu, sudah memperkirakan nilai pi sekitar 3,125. Sementara itu, bangsa Mesir yang tercatat dalam Papirus Rhind pada sekitar 1650 SM, mengira nilai pi adalah 3,16049. Di kemudian hari, Archimedes dari Syracuse memperkenalkan pendekatan poligon yang lebih tepat, menempatkan pi di antara 3 1/7 dan 3 10/71. Pada abad ke-18, Johann Lambert membuktikan bahwa pi adalah bilangan irasional, yang berarti tidak bisa dinyatakan dalam bentuk pecahan sederhana.

Pi dalam Berbagai Aplikasi

Pi bukan hanya angka untuk lingkaran saja. Sebagai konstanta universal, pi digunakan dalam berbagai aplikasi ilmu pengetahuan, termasuk fisika dan astronomi. Pi membantu dalam memahami bentuk orbit planet, perhitungan aliran sungai, bahkan dalam teori probabilitas. Menariknya, pi juga muncul dalam konteks yang tidak terduga, seperti dalam rumus probabilitas untuk dua bilangan acak yang tidak memiliki faktor persekutuan yang sama, yang dihitung dengan 6/π².

Namun, bukan hanya dalam bidang ilmiah pi menarik perhatian. Ada juga sisi estetika dalam deretan angka pi yang tak terhingga. Keindahan dalam deretan angka pi membuat banyak orang tertarik untuk menghafalnya hingga ribuan digit.

Pi Day: Perayaan Global Angka Tak Terhingga

Pi Day pertama kali diperingati pada tahun 1988 oleh seorang fisikawan bernama Larry Shaw dari Exploratorium di San Francisco. Tanggal 14 Maret dipilih karena cocok dengan tiga angka pertama pi (3/14). Sejak saat itu, Pi Day dirayakan di seluruh dunia dengan berbagai kegiatan menyenangkan, seperti kuis matematika, tantangan menghafal angka pi, dan yang paling populer, memanggang kue pai berbentuk lingkaran untuk menghormati angka legendaris ini.

Dengan segala keunikan dan peran pentingnya dalam matematika dan kehidupan sehari-hari, Pi Day menjadi kesempatan bagi semua orang, baik yang berprofesi di bidang sains maupun pecinta matematika, untuk merayakan angka yang tak pernah berhenti menakjubkan ini.

Kepanikan di Kabin! Mesin Pesawat American Airlines Terbakar, Begini Evakuasinya

Sebuah pesawat American Airlines mengalami insiden darurat ketika salah satu mesinnya terbakar setelah mendarat di Bandara Internasional Denver (DEN) pada Kamis (13/3/2025). Akibat kejadian ini, seluruh penumpang terpaksa dievakuasi menggunakan perosotan darurat, sebagaimana dilaporkan oleh Administrasi Penerbangan Federal (FAA).

Pendaratan Darurat di Denver

Pesawat yang mengalami masalah adalah American Airlines Penerbangan 1006, yang lepas landas dari Colorado Springs dengan tujuan Dallas. Namun, dalam perjalanan, awak kabin mendeteksi getaran tidak normal pada salah satu mesin, sehingga pilot memutuskan untuk mengalihkan penerbangan ke Denver sebagai tindakan pencegahan.

Pesawat berjenis Boeing 737-800 tersebut akhirnya berhasil mendarat dengan aman di Denver pada pukul 17:15 waktu setempat. Namun, setelah berhenti di gerbang bandara, salah satu mesinnya mengalami masalah serius hingga terbakar, memicu asap tebal yang membuat penumpang panik.

Evakuasi Dramatis dan Rekaman Viral

Kepulan asap dari mesin membuat kru segera mengaktifkan prosedur evakuasi darurat. Para penumpang dievakuasi melalui perosotan darurat, sementara beberapa orang terlihat berdiri di sayap pesawat sebelum turun ke landasan.

Video insiden ini pun beredar luas di media sosial, memperlihatkan situasi mencekam di mana asap hitam mengepul dari mesin pesawat.

Dalam pernyataan resminya, American Airlines memastikan bahwa seluruh 172 penumpang dan 6 awak pesawat berhasil keluar dengan selamat.

“Setelah mendarat dengan aman dan mencapai gerbang di Bandara Internasional Denver, American Airlines Penerbangan 1006 mengalami masalah mesin. Seluruh pelanggan dan kru telah dievakuasi dengan selamat ke terminal,” demikian pernyataan maskapai tersebut.

American Airlines juga menyampaikan apresiasi kepada kru penerbangan, tim bandara, serta petugas pemadam kebakaran atas respons cepat mereka dalam menangani situasi darurat ini.

FAA dan Boeing Akan Lakukan Investigasi

Menanggapi insiden ini, Administrasi Penerbangan Federal (FAA) telah mengumumkan bahwa mereka akan melakukan investigasi menyeluruh untuk menentukan penyebab pasti kebakaran mesin.

Sementara itu, Boeing sebagai produsen pesawat belum memberikan pernyataan resmi terkait kejadian ini. Mereka menyatakan bahwa pertanyaan lebih lanjut akan diarahkan kepada American Airlines dan pihak penyelidik.

Keselamatan Penerbangan Kembali Jadi Sorotan

Insiden ini kembali menyoroti keamanan penerbangan, terutama pada Boeing 737-800, yang merupakan salah satu model pesawat paling umum digunakan di industri penerbangan komersial.

Meskipun tidak ada korban jiwa, kejadian ini menjadi pengingat akan pentingnya protokol keselamatan serta kesiapan awak kabin dalam menghadapi situasi darurat.

Bagaimana pendapatmu tentang insiden ini? Apakah menurutmu teknologi penerbangan sudah cukup aman? ✈🔥

Ajaib! Pria Ini Selamat Meski Kereta Api Melintas di Atasnya

Sebuah peristiwa luar biasa terjadi di Lima, Peru, ketika seorang pria berhasil selamat meski tubuhnya dilewati kereta kargo yang tengah melaju. Kejadian ini berlangsung pada Sabtu (8/3/2025) dan menjadi perbincangan hangat karena pria tersebut hanya mengalami luka ringan, meski nyaris tertabrak sepenuhnya.

Dugaan Mabuk dan Keajaiban di Rel Kereta

Pria yang diidentifikasi sebagai Juan Carlos Tello (28) diduga tertidur di atas rel dalam kondisi mabuk sehingga tidak menyadari kedatangan kereta. Saat insiden terjadi, kereta kargo sedang melintas menuju kawasan Pegunungan Andes.

Jenderal Javier Avalos, pejabat keamanan setempat, menyatakan bahwa meskipun kereta sempat mengenai tubuh Tello, keajaiban terjadi karena nyawanya tetap selamat. “Kereta melintas di atasnya, tetapi secara mengejutkan dia tetap hidup,” ujar Avalos dalam keterangannya kepada media.

Terekam CCTV: Bangkit Setelah Dilewati Kereta

Momen mendebarkan tersebut terekam dalam kamera pengawas milik otoritas setempat. Rekaman menunjukkan bagaimana kereta melaju dan melewati tubuh Tello sebelum akhirnya berhenti. Namun yang mengejutkan, tak lama setelah itu, pria tersebut bangkit perlahan dan berjalan tertatih-tatih menjauh dari rel.

Tim medis dan aparat kepolisian segera datang ke lokasi untuk memberikan pertolongan. Berdasarkan pemeriksaan awal, Tello hanya mengalami cedera ringan pada lengan kiri serta luka di dua jarinya akibat tekanan saat tubuhnya bersentuhan dengan rel.

Peringatan Bahaya di Jalur Kereta Api

Kejadian seperti ini bukan pertama kali terjadi di Peru. Beberapa bulan sebelumnya, pada Agustus 2024, seorang pria muda kehilangan nyawanya setelah tertabrak kereta kargo. Insiden tragis tersebut terjadi karena korban mengenakan headphone saat menyeberangi rel, sehingga tidak menyadari kedatangan kereta.

Meski insiden yang dialami Tello berakhir tanpa korban jiwa, pihak berwenang kembali mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati di sekitar jalur kereta api. Terutama bagi mereka yang dalam kondisi kurang sadar akibat konsumsi alkohol, karena risiko kecelakaan bisa menjadi sangat fatal.

Kesimpulan: Selamat dengan Keajaiban

Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa kecelakaan di jalur kereta bisa terjadi kapan saja, tetapi kejadian yang menimpa Tello bisa disebut sebagai sebuah keajaiban. Meski berhasil selamat, insiden ini menjadi pelajaran penting agar lebih waspada saat berada di sekitar rel, menghindari bahaya, dan selalu memperhatikan lingkungan sekitar.

Bagaimana pendapat Anda mengenai insiden ini? Apakah ini murni keberuntungan atau ada faktor lain yang membuatnya selamat? Bagikan pandangan Anda di kolom komentar! 🚆✨

Duterte Dalam Sorotan: ICC Kirim Surat ke Filipina untuk Penangkapan

Mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, kini menghadapi proses peradilan internasional setelah penangkapannya pada Selasa, 11 Maret 2025, di Bandara Internasional Ninoy Aquino, Manila. Penangkapan ini terjadi setelah Duterte mendarat dari Hong Kong, dan langsung dilakukan atas permintaan Pengadilan Kriminal Internasional (International Criminal Court/ICC).

Dalam sebuah pernyataan resmi, Istana Kepresidenan Filipina mengonfirmasi bahwa tindakan tersebut dilakukan sesuai dengan permintaan dari ICC. Pengadilan yang bermarkas di Den Haag ini telah mengirimkan surat perintah penangkapan kepada pemerintah Filipina, yang kemudian berkoordinasi dengan kepolisian internasional Interpol untuk mengeksekusi perintah tersebut.

Setelah penangkapan, Duterte segera diserahkan ke Belanda, tempat di mana proses peradilan akan dilanjutkan di ICC. Proses hukum yang dihadapi oleh Duterte berkaitan dengan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia selama masa pemerintahannya, khususnya terkait dengan kebijakan kontroversialnya dalam perang melawan narkoba yang menyebabkan ribuan kematian.

Asisten Konsul Filipina, Kristina Conti, menyatakan bahwa Duterte harus segera diserahkan kepada negara anggota ICC. “Dia akan segera dibawa ke markas ICC di Den Haag, Belanda, untuk memulai proses peradilannya,” ungkapnya. Proses penyerahan ini menandai langkah penting dalam upaya komunitas internasional untuk mengadili kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di bawah kepemimpinan Duterte.

Meskipun Filipina menarik diri dari keanggotaan ICC pada tahun 2018, keputusan tersebut tidak menghalangi proses hukum terhadap Duterte, karena tindakan yang diduga terjadi selama masa pemerintahannya masih dapat diajukan ke pengadilan internasional. Filipina, yang sebelumnya terdaftar sebagai negara anggota ICC, memutuskan untuk menarik diri setelah kritik terhadap kebijakan perang melawan narkoba yang dianggap melanggar hak asasi manusia.

Kini, Duterte akan menjalani proses peradilan di Belanda, yang akan menjadi perhatian dunia, mengingat kontroversi besar yang mengelilingi kebijakan pemerintahannya. Dengan penangkapan ini, ICC menunjukkan komitmennya untuk menegakkan keadilan internasional dan memastikan pertanggungjawaban atas tindakan yang melanggar hukum internasional, khususnya yang terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia.

Tanpa Bantuan Intelijen AS, Pertahanan Ukraina Dikabarkan Melemah

Senator Mark Kelly dari Partai Demokrat mengkritik keputusan pemerintahan Donald Trump yang menghentikan pertukaran informasi intelijen dengan Ukraina. Menurutnya, kebijakan tersebut telah melemahkan kemampuan pertahanan Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia.

Kelly, yang baru saja kembali dari lawatan ke Ukraina, menanggapi tuduhan dari Elon Musk, penasihat Trump, yang menyebutnya sebagai “pengkhianat”. Ia menyatakan tidak menganggap serius tuduhan tersebut.

“Seratus persen,” ujar Kelly pada Senin (10/3/2025) ketika ditanya apakah situasi di medan perang bisa berbeda jika Ukraina tetap menerima intelijen dari AS. “Jika ada informasi yang mereka butuhkan tetapi tidak mereka dapatkan, tentu itu akan berdampak pada kemampuan mereka dalam mempertahankan diri.”

Kelly juga menyebut bahwa serangan besar Rusia terjadi pada Jumat dan Sabtu saat ia berada di sana, tetapi ia tidak memberikan rincian lebih lanjut terkait laporan tersebut.

Rusia Intensifkan Serangan ke Infrastruktur Ukraina

Serangan Rusia terhadap Ukraina terus meningkat dalam beberapa hari terakhir. Sejak Kamis lalu, militer Rusia meluncurkan serangan udara, rudal, dan drone yang menargetkan infrastruktur energi dan gas Ukraina.

Laporan dari otoritas setempat menyebutkan bahwa setidaknya 14 orang tewas dan 37 lainnya terluka akibat serangan tersebut. Pada Senin malam, ibu kota Ukraina, Kyiv, kembali menjadi sasaran serangan udara besar-besaran.

Sebagai anggota Komite Dinas Bersenjata Senat, Kelly mengunjungi Ukraina dari Sabtu hingga Minggu guna menunjukkan dukungan kepada rakyat negara tersebut serta menilai situasi terkini di lapangan.

Trump Tekan Zelensky dengan Hentikan Intelijen dan Bantuan Militer

Langkah pemerintahan Trump menghentikan pertukaran informasi intelijen ini disebut sebagai bagian dari strategi untuk menekan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky agar bersedia berunding dengan Rusia.

Selain itu, Washington juga menghentikan bantuan militer ke Kyiv, semakin memperlemah posisi Ukraina di medan perang. Keputusan ini diambil setelah konfrontasi panas antara Trump dan Zelensky dalam sebuah pertemuan di Gedung Putih.

Wakil Presiden AS JD Vance, yang selama ini menolak kebijakan bantuan untuk Ukraina, turut hadir dalam pertemuan tersebut.

Saat ini, Zelensky berada di Arab Saudi untuk bertemu Putra Mahkota Mohammed bin Salman sebelum dijadwalkan bertemu dengan pejabat AS pada Selasa mendatang. Washington berharap pertemuan ini dapat membuka jalan bagi solusi diplomatik guna mengakhiri konflik yang berkepanjangan.

Dukungan AS terhadap Ukraina Terpecah

Sikap AS terhadap Ukraina semakin terpecah sejak Trump kembali menjabat sebagai Presiden pada 20 Januari 2025.

Sebelumnya, dukungan terhadap Ukraina mendapat persetujuan dari kedua partai di Kongres. Namun, kini Partai Republik mulai menunjukkan sikap yang lebih skeptis.

Ketua DPR dari Partai Republik, Mike Johnson, bahkan menyatakan bahwa tidak ada urgensi untuk mengajukan rancangan undang-undang bantuan baru bagi Ukraina.

Sebagai bentuk ketegangan politik yang semakin meruncing, Elon Musk menyerang Kelly dengan menyebutnya sebagai “pengkhianat” di platform media sosial X (sebelumnya Twitter). Tuduhan ini muncul setelah Kelly mengunggah pengalamannya selama kunjungan ke Ukraina dan menuding Trump berusaha melemahkan posisi negara tersebut menjelang perundingan damai.

Menanggapi serangan tersebut, Kelly, yang merupakan mantan astronot dan pilot tempur Angkatan Laut AS, memberikan jawaban tegas:

“Jelas, dia bukan orang yang bisa dianggap serius.”

Di media sosial X, Kelly juga membalas Musk dengan pernyataan tajam:

“Pengkhianat? Elon, jika kamu tidak memahami bahwa membela kebebasan adalah prinsip utama yang menjadikan Amerika kuat dan aman, lebih baik serahkan urusan ini kepada kami yang benar-benar mengerti.”

Kunjungan ini merupakan yang ketiga bagi Kelly ke Ukraina sejak 2023, sebagai bagian dari komitmennya dalam mendukung negara tersebut melawan agresi Rusia.

Langkah Besar! Korea Utara Luncurkan Kapal Selam Nuklir Pertama

Korea Utara untuk pertama kalinya mengungkap pembangunan kapal selam bertenaga nuklir melalui serangkaian foto yang dirilis oleh kantor berita negara, KCNA. Langkah ini semakin memperkuat ambisi Pyongyang dalam memperluas kapabilitas militernya, terutama di bidang persenjataan bawah laut.

Kim Jong Un Tinjau Pembangunan Kapal Selam Nuklir

Dalam laporan yang dipublikasikan pada Sabtu (8/3), KCNA membagikan sejumlah foto yang menunjukkan kunjungan pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, ke sebuah galangan kapal. Dalam kunjungan tersebut, Kim tampak meninjau langsung proyek pembangunan kapal selam yang disebut sebagai “kapal selam berpemandu rudal strategis bertenaga nuklir”.

Meskipun KCNA tidak mengungkap detail spesifikasi kapal selam tersebut, para analis militer mulai berspekulasi mengenai kemampuan kapal ini.

Menurut Moon Keun Sik, seorang pakar kapal selam dari Universitas Hanyang, Seoul, kapal perang ini diperkirakan memiliki bobot antara 6.000 hingga 7.000 ton dan mampu membawa sekitar 10 rudal. Ia juga menyoroti penggunaan istilah “rudal berpemandu strategis”, yang mengindikasikan bahwa kapal ini kemungkinan dapat membawa senjata nuklir.

“Kapal ini benar-benar akan menjadi ancaman bagi kami [Korea Selatan] dan Amerika Serikat,” ujar Moon.

Reaksi AS dan Kemungkinan Keterlibatan Rusia

Menanggapi laporan ini, Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Brian Hughes, mengonfirmasi bahwa Washington telah mengetahui proyek pembangunan kapal selam tersebut. Namun, ia menegaskan bahwa pihaknya belum memiliki informasi lebih lanjut.

“AS tetap berkomitmen untuk mencapai denuklirisasi penuh di Korea Utara,” ujar Hughes kepada The Korea Times.

Di sisi lain, muncul pertanyaan mengenai bagaimana Korea Utara, yang dikenal sebagai negara dengan keterbatasan sumber daya akibat sanksi internasional, dapat mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir.

Moon Keun Sik menduga bahwa Pyongyang mungkin mendapatkan bantuan teknologi dari Rusia sebagai imbalan atas pasokan senjata dan tenaga militer yang diberikan kepada Moskow dalam perang melawan Ukraina.

Langkah Besar dalam Ambisi Militer Korea Utara

Kapal selam nuklir telah lama menjadi salah satu impian terbesar Kim Jong Un. Pada tahun 2021, ia menegaskan bahwa Korea Utara membutuhkan kapal selam bertenaga nuklir untuk menghadapi ancaman militer dari Amerika Serikat. Selain itu, Kim juga menekankan perlunya pengembangan persenjataan lain, termasuk:

  • Rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat
  • Senjata hipersonik
  • Satelit mata-mata
  • Rudal multihulu ledak

Sejak pernyataan tersebut, Korea Utara telah melakukan serangkaian uji coba untuk merealisasikan ambisi militernya.

Sementara itu, kemampuan Korea Utara dalam meluncurkan rudal dari bawah air telah menjadi kekhawatiran serius bagi Korea Selatan. Sistem pertahanan Seoul akan lebih sulit mendeteksi serangan semacam itu dibandingkan dengan rudal yang diluncurkan dari darat.

Misteri Kapal Selam Nuklir Korea Utara

Meski Korea Utara telah mengklaim pada 2023 bahwa mereka telah meluncurkan “kapal selam nuklir taktis” pertama, banyak ahli pertahanan global yang meragukan klaim tersebut. Beberapa pihak menduga kapal yang dimaksud masih menggunakan tenaga diesel.

Saat ini, Korea Utara diperkirakan memiliki sekitar 70 hingga 90 kapal selam bertenaga diesel, menjadikannya salah satu armada kapal selam terbesar di dunia. Namun, sebagian besar kapal tersebut sudah usang dan hanya mampu meluncurkan torpedo serta ranjau, bukan rudal balistik.

Hingga saat ini, belum ada konfirmasi mengenai apakah Korea Utara benar-benar telah mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir. Namun, jika proyek ini berhasil, maka akan menjadi perubahan signifikan dalam kekuatan militer negara tersebut serta meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea.

PBB Kurangi Jatah Makanan Rohingya, Apa Penyebabnya?

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan rencana pemangkasan bantuan pangan bagi sekitar satu juta pengungsi Rohingya di Bangladesh mulai bulan depan. Program Pangan Dunia (WFP) PBB dalam surat resmi yang dirilis pada Rabu (5/3/2025) menyebutkan bahwa keterbatasan dana yang parah menjadi penyebab utama kebijakan ini. Sebelumnya, pengungsi menerima bantuan makanan senilai 12,50 dolar AS (sekitar Rp 240.000) per bulan, namun kini jumlah tersebut akan dikurangi menjadi hanya 6 dolar AS (sekitar Rp 98.000) per orang.

“Sayangnya, kami belum memperoleh pendanaan yang mencukupi, dan langkah penghematan yang telah diterapkan masih belum cukup,” demikian pernyataan dalam surat tersebut yang dikutip dari AFP, Kamis (6/3/2025). Perwakilan Badan Pengungsi Bangladesh, Md Shamsud Douza, mengungkapkan bahwa pemerintah akan segera menggelar pertemuan dengan berbagai pihak guna membahas dampak kebijakan tersebut.

Pengumuman ini disampaikan hanya beberapa hari sebelum kunjungan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, yang dijadwalkan menemui pengungsi Rohingya dalam rangka memperingati bulan suci Ramadhan. Saat ini, sebagian besar komunitas Rohingya yang mengalami diskriminasi dan tidak memiliki kewarganegaraan tinggal di kamp-kamp pengungsian yang padat di Bangladesh. Gelombang pengungsi besar-besaran terjadi pada 2017 setelah militer Myanmar melancarkan tindakan keras, yang memaksa sekitar 750.000 warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh dengan membawa kisah-kisah memilukan tentang kekerasan, pembunuhan, dan pembakaran desa-desa mereka.

Bangladesh terus berupaya menampung populasi pengungsi yang besar, meskipun prospek pemulangan ke Myanmar atau relokasi ke negara ketiga masih sangat terbatas. Para pengungsi yang tinggal di kamp-kamp sekitar Cox’s Bazar dilarang bekerja dan bergantung sepenuhnya pada bantuan kemanusiaan yang kini semakin terbatas. Pemangkasan bertahap terhadap bantuan pangan ini semakin memperburuk kondisi mereka, dengan meningkatnya angka malnutrisi di kalangan pengungsi.

Kondisi yang kian sulit mendorong banyak pengungsi untuk mencari jalan keluar dengan menempuh perjalanan laut yang berbahaya demi kehidupan yang lebih baik. Pada Januari lalu, lebih dari 250 pengungsi Rohingya berhasil mencapai Indonesia setelah menempuh perjalanan panjang di lautan yang penuh risiko.

Anggaran Pertahanan China Tembus Rp 4.000 Triliun, Melebihi Ekonomi Negara

China mengumumkan rencana untuk meningkatkan anggaran pertahanannya sebesar 7,2% pada tahun 2025. Kebijakan ini menunjukkan komitmen negara tersebut dalam mempertahankan kekuatan militer yang stabil meskipun dihadapkan dengan berbagai tantangan ekonomi dan ketegangan geopolitik yang semakin memanas. Anggaran pertahanan yang baru ini akan mencapai total 1,78 triliun yuan atau sekitar Rp4 kuadriliun, dan rencananya akan dibahas dalam sidang parlemen yang dimulai pada Rabu (5/3/2025).

Sejak Presiden Xi Jinping memimpin China pada tahun 2013, anggaran militer negara ini telah mengalami lonjakan signifikan lebih dari dua kali lipat dari sebelumnya yang hanya sekitar 720 miliar yuan. Peningkatan anggaran tersebut terjadi di tengah tantangan ekonomi yang melanda China dalam beberapa tahun terakhir dan ketegangan yang semakin meningkat dengan negara-negara Barat, terutama terkait isu Taiwan dan konflik Ukraina yang mempengaruhi hubungan internasional.

Meskipun pertumbuhan anggaran pertahanan ini terbilang signifikan, angka tersebut masih jauh melebihi target pertumbuhan ekonomi China yang diperkirakan hanya akan mencapai sekitar 5% pada tahun ini. Pemerintah Beijing tetap berfokus pada ambisi modernisasi angkatan bersenjatanya, dengan target penuh pada tahun 2035. Ini termasuk pengembangan berbagai persenjataan canggih seperti rudal, kapal perang, kapal selam, dan teknologi pengintaian mutakhir.

Di bawah kepemimpinan Xi Jinping, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) juga terus meningkatkan kesiapan tempurnya dengan lebih banyak melaksanakan latihan militer. Beberapa latihan yang dilakukan difokuskan pada skenario pengambilalihan Taiwan, yang menjadi isu sensitif dalam hubungan China dengan Amerika Serikat dan sekutunya. Survei dari International Institute for Strategic Studies yang berbasis di London mencatat, meskipun ekonomi China melambat, pemerintah tetap memberikan prioritas pada pengeluaran militer untuk menjaga posisi geopolitiknya.

Namun, tidak hanya tantangan eksternal yang dihadapi oleh PLA. Dalam dua tahun terakhir, militer China juga diguncang oleh skandal korupsi yang melibatkan sejumlah pejabat tinggi, termasuk dua mantan menteri pertahanan. Skandal ini mempengaruhi citra PLA di mata publik dan internasional.

Meskipun begitu, China tetap menjadi negara dengan anggaran pertahanan terbesar kedua di dunia, hanya setelah Amerika Serikat. Pemerintah Washington sendiri diperkirakan akan mengalokasikan anggaran militer sebesar 850 miliar dollar AS (sekitar Rp13,88 kuadriliun) pada tahun 2025, yang jauh melampaui belanja pertahanan China.

Peningkatan anggaran militer China diperkirakan akan semakin mempertegas dinamika geopolitik di kawasan Indo-Pasifik. Ini akan menjadi faktor penting dalam persaingan antara China dan Amerika Serikat, serta dalam konteks ketegangan yang terus meningkat di Laut China Selatan dan Selat Taiwan.

Hamas Serukan Persiapan Gencatan Senjata, Israel Ingin Perpanjang Durasi

Perbedaan pandangan antara Israel dan Hamas kembali memanas mengenai masa depan gencatan senjata, terutama setelah berakhirnya fase pertama yang dilaksanakan pada Sabtu (1/3). Isu ini semakin mencuat setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyetujui proposal dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menawarkan perpanjangan gencatan senjata hingga akhir Ramadan dan Paskah Yahudi pada pertengahan April. Netanyahu menerima rencana yang disusun oleh utusan Presiden AS, Steve Witkoff, yang bertujuan untuk menjaga ketenangan di wilayah tersebut dalam beberapa bulan mendatang.

Namun, sikap Hamas berbeda jauh. Mereka menolak perpanjangan gencatan senjata tersebut dan lebih memilih untuk melanjutkan pembicaraan menuju fase kedua dari perjanjian gencatan senjata. Fase pertama yang berlangsung dari 19 Januari hingga 3 Maret 2025, mencatatkan pembebasan ratusan warga Palestina oleh Israel, sedangkan Hamas melepaskan 25 warga Israel.

Fase kedua, menurut Hamas, akan menjadi titik balik untuk pelepasan lebih banyak sandera yang masih berada di Gaza serta membuka peluang untuk gencatan senjata permanen. Pemimpin Hamas, Mahmoud Mardawi, menekankan bahwa langkah pertama menuju stabilitas kawasan adalah menuntaskan perjanjian ini dengan implementasi fase kedua.

Ketegangan ini turut mendapat perhatian luas dari berbagai pihak internasional. Para pemimpin dunia khawatir bahwa ketegangan ini bisa kembali memicu perang besar, setelah 15 bulan penderitaan yang dialami oleh warga Gaza dan Palestina. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, memperingatkan akan potensi dampak buruk dari kembalinya kekerasan. Ia menegaskan bahwa gencatan senjata permanen serta pelepasan sandera adalah langkah kunci untuk menghindari eskalasi yang lebih parah.

Sementara itu, dukungan militer dari Amerika Serikat kepada Israel tetap berlanjut meskipun gencatan senjata sedang berlangsung. Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengungkapkan bahwa mereka akan mempercepat pengiriman bantuan militer senilai US$4 miliar (sekitar Rp66,2 triliun) ke Israel, dengan alasan untuk memastikan stabilitas di kawasan tersebut.

Situasi yang penuh ketegangan ini tentu saja menjadi perhatian besar dunia internasional, yang terus mengawasi perkembangan gencatan senjata antara kedua pihak ini. Keputusan yang diambil dalam beberapa hari ke depan akan sangat menentukan apakah perdamaian dapat tercapai atau ketegangan yang lebih besar akan terjadi.

Kim Jong Un Tampilkan Rudal Baru, Siap Hadapi Ancaman dengan Kekuatan Baru

Korea Utara kembali mencuri perhatian internasional dengan melakukan uji coba rudal jelajah strategis, yang langsung dipantau oleh Pemimpin Tertinggi Kim Jong Un. Uji coba yang berlangsung pada Rabu, 26 Februari ini menjadi momen krusial bagi negara tersebut untuk memperlihatkan keseriusannya dalam menjaga kesiapan pertahanan dan menjaga kedaulatan nasional. Kim Jong Un menegaskan bahwa kesiapan untuk menggunakan senjata nuklir adalah salah satu langkah vital dalam mempertahankan keselamatan negara dan menjaga keamanan jangka panjang.

Melalui pernyataan yang disampaikan oleh Kantor Berita Korea Utara (KCNA), Kim menyebutkan bahwa “kemampuan serangan yang kuat” yang dimiliki oleh Korea Utara adalah kunci bagi kekuatan pencegahan dan pertahanan yang unggul. Ia lebih lanjut menekankan bahwa tugas utama angkatan bersenjata nuklir Korut adalah untuk mempertahankan kedaulatan negara secara permanen dengan mengandalkan perisai nuklir yang handal. Kim juga menambahkan bahwa kesiapan penuh terhadap penggunaan kekuatan nuklir menjadi prioritas utama dalam memastikan stabilitas dan kelangsungan negara.

Pernyataan tersebut menjadi sinyal kuat bagi dunia bahwa Korea Utara tetap berkomitmen untuk memperkuat kemampuan pertahanannya, terutama dalam hal pengembangan senjata nuklir. Uji coba rudal tersebut dilakukan di lepas pantai barat Semenanjung Korea, dan menurut KCNA, langkah ini diambil sebagai peringatan kepada pihak-pihak yang dianggap mengancam stabilitas keamanan kawasan. Meskipun tidak secara langsung menyebutkan pihak yang dimaksud, banyak yang meyakini bahwa “musuh” yang dimaksud adalah Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk Korea Selatan.

Korut sendiri telah mengembangkan rudal jelajah strategis dalam beberapa tahun terakhir, yang dirancang untuk membawa hulu ledak nuklir. Jenis rudal ini, meskipun tidak menimbulkan ketegangan sebesar uji coba rudal balistik, tetap saja menjadi perhatian internasional karena potensinya dalam meningkatkan kekuatan militer Korea Utara. Dewan Keamanan PBB tidak secara spesifik melarang rudal jelajah ini, meskipun mereka telah memberlakukan berbagai sanksi terkait pengembangan senjata nuklir dan rudal balistik oleh negara tersebut.

Sementara itu, Korea Selatan melaporkan bahwa mereka telah mendeteksi adanya tanda-tanda persiapan peluncuran rudal dari Korea Utara. Pihak militer Korsel juga mengonfirmasi bahwa beberapa rudal jelajah yang diluncurkan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 waktu setempat telah berhasil dilacak terbang di atas perairan laut. Uji coba rudal ini menambah kekhawatiran di kalangan negara-negara tetangga, terutama Korea Selatan dan Jepang, yang sudah lama merasa terancam dengan aktivitas militer Korea Utara yang semakin intensif.

Dengan latar belakang ketegangan geopolitik yang terus meningkat di kawasan Asia Timur, peluncuran rudal ini menjadi pengingat akan pentingnya bagi Korea Utara untuk terus menunjukkan kemampuan pertahanannya. Uji coba ini juga menjadi tanda bagi dunia bahwa ketegangan yang ada berpotensi menciptakan ketidakstabilan yang lebih besar jika tidak dikelola dengan hati-hati.