Negara Inggris, Italia, Dan Jepang Bersatu Kembangkan Jet Tempur Generasi Ke-6 Untuk Saingi F-35 Amrika

London — Tiga negara besar, Inggris, Italia, dan Jepang, telah mengumumkan kolaborasi ambisius untuk mengembangkan jet tempur generasi ke-6 yang dirancang untuk menyaingi dominasi pesawat tempur F-35 milik Amerika Serikat. Proyek ini diharapkan dapat mengubah peta kekuatan udara global, dengan teknologi canggih yang ditujukan untuk mempertahankan keunggulan di era perang modern.

Inggris, Italia, dan Jepang mengungkapkan rencana mereka untuk bersama-sama merancang dan membangun jet tempur masa depan yang akan dilengkapi dengan kemampuan stealth (siluman), kecerdasan buatan, serta kemampuan manuver yang jauh lebih baik dibandingkan dengan pesawat tempur generasi sebelumnya. Program ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah jet tempur yang tidak hanya unggul dalam hal kemampuan tempur, tetapi juga dapat beroperasi dalam berbagai kondisi lingkungan yang ekstrem dan dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi.

Pesawat tempur generasi ke-6 yang sedang dikembangkan ini akan bersaing langsung dengan F-35 Lightning II, yang merupakan salah satu jet tempur tercanggih milik AS dan beberapa sekutunya. F-35 telah banyak digunakan oleh berbagai negara, termasuk anggota NATO, karena kemampuannya dalam taktik perang multirole dan teknologi stealth yang membuatnya sulit terdeteksi oleh radar. Jet tempur baru ini dirancang untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh pesawat seperti F-35, dengan meningkatkan keunggulan dalam hal kecepatan, daya jelajah, dan kemampuan serangan presisi.

Jet tempur generasi ke-6 yang sedang dikembangkan oleh ketiga negara tersebut diprediksi akan mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan kemampuan dalam pengambilan keputusan selama pertempuran udara. Teknologi AI ini akan memungkinkan pesawat untuk mengatur strategi, mengidentifikasi ancaman dengan lebih cepat, dan beradaptasi dengan kondisi medan tempur yang dinamis. Selain itu, jet ini juga akan dilengkapi dengan sistem komunikasi yang lebih aman dan teknologi sensor canggih untuk mendeteksi musuh dari jarak jauh.

Kerja sama ini dipandang sebagai langkah strategis yang penting bagi ketiga negara tersebut, baik dari sisi teknologi maupun geopolitik. Dengan memproduksi jet tempur generasi ke-6 ini, Inggris, Italia, dan Jepang berharap dapat meningkatkan kekuatan udara mereka di wilayah masing-masing, sekaligus mengurangi ketergantungan pada AS untuk pengadaan pesawat tempur canggih. Selain itu, proyek ini juga diperkirakan akan menciptakan peluang ekonomi besar dengan menciptakan ribuan lapangan pekerjaan dan memperkuat sektor industri pertahanan domestik.


Kolaborasi internasional antara Inggris, Italia, dan Jepang untuk mengembangkan jet tempur generasi ke-6 ini adalah langkah besar dalam mengimbangi dominasi pesawat tempur F-35 AS. Dengan teknologi canggih dan kecerdasan buatan, jet tempur baru ini berpotensi menjadi pesaing utama bagi kekuatan udara global. Pencapaian ini akan membawa dampak signifikan bagi keseimbangan kekuatan militer dan geopolitik dunia, sekaligus memberikan dorongan besar bagi industri pertahanan ketiga negara tersebut.

Pesawat Pengintai Rusia Dekati Wilayahnya Lalu Inggris Kirim Jet Tempur

Pada 17 November 2024, terjadi ketegangan di wilayah udara internasional setelah pesawat pengintai Rusia mendekati wilayah udara Inggris. Kejadian ini memicu respons cepat dari pemerintah Inggris, yang segera mengirimkan jet tempur Typhoon untuk mengidentifikasi dan mengawal pesawat Rusia yang terdeteksi sedang berada di dekat perbatasan udara mereka.

Pesawat pengintai yang terdeteksi adalah jenis Tupolev Tu-154, yang dikenal digunakan untuk misi pemantauan dan pengintaian militer. Meskipun pesawat ini tidak melanggar ruang udara Inggris, kehadirannya yang terlalu dekat dengan wilayah mereka menimbulkan kekhawatiran. Rusia sendiri belum memberikan pernyataan resmi mengenai alasan kehadiran pesawat tersebut di dekat wilayah Inggris, namun insiden ini menambah ketegangan yang sudah ada antara kedua negara.

Dalam waktu singkat setelah deteksi, Angkatan Udara Inggris mengirimkan jet tempur Typhoon dari pangkalan udara di Norfolk. Tindakan ini merupakan bagian dari kebijakan pertahanan udara Inggris untuk menjaga kedaulatan wilayah udara mereka. Jet tempur ini bertugas untuk melakukan pemantauan terhadap pesawat Rusia dan memastikan tidak ada pelanggaran terhadap ruang udara nasional.

Insiden ini kembali memicu ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat, terutama Inggris. Sebelumnya, sudah sering terjadi insiden serupa, tetapi kali ini meningkat dengan pengiriman jet tempur. Pemerintah Inggris menegaskan bahwa mereka akan tetap waspada terhadap aktivitas pesawat asing di sekitar wilayah udara mereka. Kejadian ini juga memunculkan pertanyaan tentang bagaimana negara-negara besar mengelola potensi ancaman di wilayah udara yang sering kali berbenturan.

Ketegangan semacam ini terus menyoroti pentingnya diplomasi dan dialog antara negara-negara besar untuk mencegah eskalasi konflik lebih lanjut.

Jet Tempur Inggris Dikerahkan untuk Pantau Pesawat Rusia di Dekat Wilayah Udara

Inggris mengerahkan jet tempur untuk mengawasi pesawat pengintai Rusia yang terdeteksi mendekati wilayah udaranya. Kementerian Pertahanan Inggris menegaskan bahwa pesawat milik Moskow tersebut tidak sempat memasuki zona udara kedaulatan negara mereka.

Dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Jumat (15/11/2024), dua jet tempur Typhoon dari pangkalan Angkatan Udara Kerajaan Inggris (RAF) di Lossiemouth, Skotlandia, dikerahkan untuk mengikuti pesawat Bear-F Rusia yang melintas di atas Laut Utara pada Kamis (14/11).

Pesawat Rusia Tetap di Luar Wilayah Inggris

“Pesawat tersebut tidak memasuki wilayah udara kedaulatan Inggris,” demikian penegasan dari Kementerian Pertahanan Inggris.

Operasi ini juga melibatkan pesawat pengisi bahan bakar Voyager, yang mendukung kedua jet tempur Typhoon dalam misi pengawasan tersebut.

Inggris Tegaskan Kesiapan Militer

Menteri Angkatan Bersenjata Inggris, Luke Pollard, menggarisbawahi komitmen negara untuk mempertahankan kedaulatannya.

“Musuh kita tidak boleh meragukan tekad kami serta kemampuan luar biasa untuk melindungi Inggris,” ujar Pollard dalam pernyataannya.

Ia juga memberikan apresiasi kepada para personel militer yang terlibat dalam operasi ini. “Angkatan Laut dan Udara Kerajaan Inggris kembali membuktikan kesiapan mereka dalam menjaga kedaulatan negara kapan saja diperlukan. Saya sangat menghargai profesionalisme dan keberanian mereka,” tambahnya.

Pengawasan Kapal Militer Rusia

Selain pesawat tempur, Angkatan Laut Inggris juga dikerahkan untuk memantau kapal militer Rusia yang terdeteksi melintasi Selat Inggris pekan ini. Ini menjadi kali kedua dalam tiga bulan terakhir di mana aktivitas kapal dan pesawat militer Rusia terdeteksi mendekati wilayah Inggris.

Peningkatan Ketegangan di Eropa

Insiden seperti ini semakin sering terjadi di tengah berlanjutnya konflik antara Rusia dan Ukraina. Ketegangan antara Moskow dan negara-negara Barat terus meningkat, memperlihatkan perlunya kewaspadaan tinggi terhadap aktivitas militer yang dianggap provokatif.

China Pamerkan Jet Tempur Canggih dan Drone di Airshow 2024, Termasuk Pesawat Siluman J-35A

China menggelar pameran peralatan militer bernama Airshow China 2024 di Kota Zhuhai pada Selasa (12/11) siang waktu setempat, menampilkan berbagai teknologi militer terbaru mereka.

Dalam pameran ini, Angkatan Udara China menampilkan sejumlah jet tempur dan drone canggih yang menjadi bagian dari kekuatan udara mereka.

Salah satu pesawat tempur yang menarik perhatian adalah jet siluman J-35A, yang baru saja menjadi bagian dari armada China. Jet ini awalnya dikembangkan di Amerika Serikat dan kini menjadikan China sebagai negara selain AS yang memiliki akses ke jet tempur jenis ini.

Di samping J-35A, China juga menampilkan beberapa jet tempur lainnya, seperti Chengdu J-20, J-15T, serta Sukhoi Su-57 dari Rusia. Turut dipamerkan juga SS UAV, drone buatan AS yang kini menjadi bagian dari alutsista udara China.

Wang Mingzhi, seorang analis militer China, menyebut bahwa kombinasi antara J-35A dan J-20 merupakan langkah strategis yang memperkuat kemampuan operasional Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF).

“Kedua pesawat ini meningkatkan kapasitas ofensif PLAAF dalam situasi berisiko tinggi dan wilayah yang diperebutkan,” kata Mingzhi dalam pernyataan yang dilansir oleh media China.

Dalam video yang dirilis militer, berbagai jet tempur ini menunjukkan keahlian mereka dengan formasi akrobatik berbentuk berlian yang mengesankan.

Pesawat Ulang-Alik Haoloong dan Teknologi Lainnya

Selain jet tempur, China juga memperkenalkan pesawat ulang-alik Haoloong, yang dirancang untuk diluncurkan menggunakan roket komersial dan dapat merapat ke stasiun luar angkasa Tiangong. Menurut laporan dari Xinhua, Haoloong mampu kembali ke atmosfer, mendarat secara horizontal, dan dapat digunakan kembali untuk misi selanjutnya.

Koleksi Drone dan Sistem Rudal Canggih

Pada Airshow China 2024 ini, China turut memamerkan teknologi drone canggih serta beberapa sistem rudal andalan, termasuk rudal permukaan-ke-udara HQ-19, yang memperkuat pertahanan udara mereka.

Airshow China, yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali, merupakan ajang di mana China menampilkan kekuatan dan inovasi militernya di panggung dunia. Pameran ini menjadi momen penting untuk menunjukkan peningkatan anggaran pertahanan mereka dalam mengembangkan dan memperbarui alutsista, bekerja sama dengan negara-negara seperti AS dan Rusia untuk mendapatkan teknologi militer seperti jet tempur, helikopter, rudal, dan drone.

Uji Coba Jet Tempur Misterius di Liaoning, China Siap Saingi F-35 Amerika?

China baru-baru ini melakukan uji coba jet tempur rahasia dari kapal induk Liaoning. Jet tempur yang diduga merupakan varian J-35 ini diperkirakan menjadi pesaing utama jet tempur F-35 milik Amerika Serikat.

Uji coba tersebut ditayangkan dalam sebuah dokumenter yang disiarkan oleh CCTV, stasiun televisi milik pemerintah China. Dalam tayangan itu, jet tempur berbasis kapal induk yang tidak diidentifikasi diuji di atas Liaoning, kapal induk pertama milik Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAN).

Menurut laporan CCTV, uji coba tersebut berlangsung pada awal tahun ini, namun tanggal dan lokasi spesifiknya tidak diungkapkan. PLAN saat ini mengoperasikan satu jenis jet tempur berbasis kapal induk, yaitu J-15 “Flying Shark”.

Jet tersebut adalah pesawat generasi keempat yang dikembangkan dari Sukhoi Su-33 Rusia, yang diperoleh China dari Ukraina pada akhir 1990-an.

Meskipun siaran tersebut tidak menampilkan gambar jet tempur baru yang diuji, cuplikan J-15 saat lepas landas dari Liaoning ditayangkan dalam dokumenter tersebut.

Judul dokumenternya adalah “Quenching”, dan dalam salah satu segmennya, Zhang Naigang, seorang kru Liaoning, berbagi kisahnya tentang pengalamannya dalam uji terbang J-15 sekitar 12 tahun lalu.

“Jet tempur itu sangatlah luar biasa. Lihatlah! langit begitu cerah, mirip dengan hari penerbangan pertama J-15 dari kapal induk,” ujar Zhang.

Ia bertugas menyiapkan pesawat tempur di landasan lompat ski untuk lepas landas sebagai bagian dari tugasnya sebagai operator kontrol penerbangan.

Zhang juga menyampaikan kebanggaannya terhadap peran yang dimainkan dalam peluncuran J-15 pertama pada 23 November 2012 dari Liaoning. Ia menegaskan bahwa pencapaian ini akan menjadi kenangan yang akan selalu ia banggakan sepanjang hidupnya.

Meskipun tidak banyak informasi yang diungkapkan terkait jet tempur generasi terbaru ini, laporan dari EurAsian Times menyebut bahwa China saat ini sedang mengembangkan dan menguji pesawat tempur siluman generasi baru.

Pakar militer China yang diwawancarai oleh Global Times pada 14 September 2024 mengonfirmasi bahwa uji coba ini menandai peningkatan signifikan dalam kapabilitas kapal induk China.

Jet tempur terbaru ini tidak hanya akan digunakan di kapal induk ketiga China, Fujian, yang dilengkapi dengan teknologi ketapel elektromagnetik, tetapi juga dapat dioperasikan dari dua kapal induk sebelumnya, Liaoning dan Shandong, meskipun kedua kapal tersebut menggunakan landasan tradisional.

Spekulasi tentang jet tempur siluman ini terus berkembang. Banyak yang percaya bahwa pesawat yang diuji adalah J-35, varian lanjutan dari J-31, yang pertama kali terbang pada tahun 2012.

Pesawat ini diduga akan dioperasikan dalam formasi campuran dengan J-15 yang saat ini sudah digunakan oleh PLAN.

Menjelang penayangan dokumenter tersebut, terlihat model tiruan skala penuh dari J-35 yang diuji di dek Liaoning pada Februari tahun ini. Model tersebut dilapisi bahan tahan air untuk menguji kemampuannya di lingkungan maritim.

Selain itu, gambar-gambar tambahan yang beredar di internet menunjukkan Liaoning berlayar dengan membawa tiruan J-35 dan J-15.

Laporan sebelumnya kami kutip dari EurAsian Times juga menyebut bahwa keberadaan tiruan J-35 di atas Liaoning merupakan pertanda kuat bahwa jet tempur siluman tersebut akan dikerahkan pada dua kapal induk pertama China, yang tidak dilengkapi dengan teknologi ketapel.

Jika spekulasi ini benar, China akan memiliki kemampuan udara yang semakin canggih, siap bersaing dengan teknologi jet tempur negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat.