Serangan Udara Israel di Gaza: Lebih dari 200 Serangan dalam Tiga Hari Terakhir

Pada Senin (21/4), militer Israel mengklaim telah melancarkan lebih dari 200 serangan udara di Jalur Gaza dalam tiga hari terakhir. Serangan ini dipicu oleh eskalasi konflik yang terjadi antara Israel dan kelompok militan yang beroperasi di Gaza. Salah satu korban yang tewas dalam serangkaian serangan tersebut adalah Ahmad Mansour, seorang anggota kelompok Jihad yang diketahui terlibat dalam serangan mendadak Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. Setelah serangan tersebut, Mansour dilaporkan mengarahkan tembakan roket selama berlangsungnya perang yang sedang terjadi antara kedua pihak.

Militer Israel menyebutkan bahwa serangan-serangan udara tersebut difokuskan untuk menargetkan berbagai infrastruktur militan, seperti sel-sel militan, fasilitas peluncuran roket, lokasi penembak jitu, serta depot senjata dan pusat komando. Selain itu, pasukan Israel juga mengeksploitasi wilayah baru yang dikenal dengan nama Koridor Morag, yang membelah Rafah dan Khan Younis di Gaza, untuk menemukan dan menghancurkan senjata serta infrastruktur Hamas, sementara beberapa militan lainnya dilaporkan tewas dalam pertempuran tersebut.

Di bagian utara Gaza, tentara Israel meluncurkan serangan udara terhadap sebuah bangunan yang mereka klaim berisi infrastruktur bawah tanah yang digunakan oleh militan. Dalam operasi tersebut, pasukan Israel juga berhasil menghancurkan pos penembak jitu Hamas yang sebelumnya menargetkan pasukan darat Israel. Meskipun militer Israel menegaskan bahwa serangan ini penting untuk mempertahankan keamanan mereka, serangan tersebut menewaskan sedikitnya delapan orang dan menyebabkan puluhan lainnya terluka, menurut laporan kantor berita Palestina, WAFA. Konflik ini terus berlanjut dengan dampak yang semakin besar bagi warga sipil di kedua belah pihak.

Spanyol Dorong Sanksi bagi Penghalang Solusi Dua Negara di Konflik Israel-Palestina

Menteri Luar Negeri Spanyol, Jose Manuel Albares, menyatakan dukungannya terhadap penerapan sanksi bagi siapa pun yang berusaha menghambat tercapainya solusi dua negara dalam menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Dalam wawancara dengan TVE pada Kamis, Albares menegaskan bahwa negaranya telah secara sepihak menjatuhkan sanksi terhadap pemukim Yahudi di Tepi Barat dan membawa isu ini ke tingkat Uni Eropa (EU). Spanyol, bersama Irlandia, juga mendorong EU untuk meninjau kembali Kesepakatan Asosiasi dengan Israel karena dugaan pelanggaran hukum internasional yang dilakukan oleh negara tersebut.

Albares menegaskan bahwa Spanyol menolak keras pengusiran warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat, serta mengecam segala rencana yang berupaya merelokasi mereka, yang dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional. Pernyataannya muncul setelah anggota parlemen Basque, Aitor Esteban, menyebut rencana Israel membentuk lembaga relokasi bagi warga Gaza sebagai tindakan genosida. Namun, Albares menegaskan bahwa penetapan suatu peristiwa sebagai genosida adalah wewenang badan hukum internasional.

Ia menambahkan bahwa Spanyol turut serta dalam gugatan yang diajukan oleh Afrika Selatan ke Mahkamah Internasional (ICJ) untuk menentukan apakah tindakan Israel di Gaza termasuk genosida. Selain itu, Spanyol juga baru saja memberikan dana sebesar 5 juta euro (sekitar Rp89,3 miliar) kepada Mahkamah Pidana Internasional (ICC) guna membantu penyelidikan terhadap dugaan kejahatan perang oleh Israel. Meski demikian, Albares menegaskan bahwa diplomasi dengan Israel tetap harus dipertahankan karena solusi dua negara membutuhkan keterlibatan penuh dari kedua pihak.

Kontroversi Memuncak: Video Tentara Israel Selfie dengan Tahanan Palestina Mengguncang Komunitas Internasional

Tel Aviv – Rekaman video yang diperoleh dan diverifikasi oleh Al Jazeera Arabic baru-baru ini menampilkan adegan kontroversial di mana seorang tentara Israel terlihat berswafoto dengan seorang tahanan Palestina yang sedang diinterogasi di Nablus, Tepi Barat yang diduduki. Klip pendek ini telah menimbulkan kecaman luas dari berbagai kalangan, baik domestik maupun internasional.

Klip Video yang Mengguncang Publik

Rekaman berdurasi singkat ini menunjukkan dua pria Palestina yang tampaknya sedang dalam keadaan terikat dan ditutup matanya. Dalam video tersebut, tampak seorang tentara Israel memegang ponsel pintar sambil mengarahkan kameranya ke arah tahanan yang tampaknya sudah diborgol dan sedang digiring pergi oleh beberapa tentara lainnya. Sementara tentara lainnya mengawal tahanan pertama, tentara yang berswafoto terlihat melingkarkan lengannya dengan kasar di sekitar tahanan kedua. Dengan santai, ia mengambil beberapa foto selfie secara berturut-turut, seolah-olah kejadian tersebut adalah momen yang bisa dibanggakan.

Kritik Terhadap Praktik Dokumentasi Militer Israel

Praktik dokumentasi semacam ini bukanlah hal baru, menurut para pemantau hak asasi manusia. Pasukan Israel sering kali terdokumentasi melakukan tindakan serupa di Gaza, di mana mereka memposting gambar dan video ke media sosial yang menunjukkan tindakan-tindakan kontroversial seperti perusakan infrastruktur sipil, vandalisme, dan penyiksaan terhadap tahanan. Penggunaan ponsel untuk mendokumentasikan kejahatan perang telah menjadi kekhawatiran utama bagi para aktivis hak asasi manusia dan organisasi internasional.

Konteks dan Dampak Rekaman Video

Video ini menggarisbawahi kekhawatiran yang lebih luas mengenai tindakan pasukan Israel terhadap warga Palestina di wilayah yang diduduki. Telah tercatat bahwa konflik di Gaza telah mengakibatkan kematian lebih dari 40.800 warga Palestina, termasuk banyak wanita dan anak-anak. Kekerasan yang terus berlangsung dan pelanggaran hak asasi manusia semakin menambah ketegangan di wilayah tersebut.

Para aktivis dan organisasi hak asasi manusia mengecam tindakan tersebut sebagai bentuk penghinaan terhadap martabat manusia dan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia. “Selfie” dengan tahanan yang sedang dalam kondisi terikat menunjukkan sikap meremehkan terhadap penderitaan manusia dan berpotensi memperburuk citra militer Israel di mata dunia internasional.

Respon dan Tindakan yang Diharapkan

Sejauh ini, belum ada tanggapan resmi dari pihak militer Israel terkait video ini. Namun, banyak pihak mendesak agar segera dilakukan investigasi mendalam terhadap tindakan tersebut. Mereka mengharapkan agar pihak berwenang Israel mengambil langkah tegas untuk menangani insiden semacam ini dan mencegah terulangnya kasus serupa di masa depan.

Di sisi lain, masyarakat internasional juga diharapkan untuk terus menekan pemerintah dan lembaga-lembaga internasional agar lebih aktif dalam memantau dan mengevaluasi tindakan-tindakan militer yang melanggar hak asasi manusia. Pemantauan yang ketat dan tindakan preventif merupakan langkah penting untuk memastikan perlindungan terhadap hak-hak manusia di wilayah konflik.

Penutup

Rekaman video ini merupakan pengingat keras tentang kebutuhan mendesak untuk reformasi dan pengawasan terhadap tindakan militer dalam konflik. Dengan meningkatnya kesadaran global mengenai pelanggaran hak asasi manusia, diharapkan akan ada langkah-langkah nyata yang diambil untuk menanggulangi dan mencegah kejahatan perang, serta melindungi martabat dan hak asasi setiap individu, terutama dalam situasi konflik yang penuh ketegangan seperti yang terjadi di Tepi Barat dan Gaza.