Salju Lebat Di Jepang, Ribuan Penumpang Terjebak Di Bandara Menyambut Tahun Baru

Pada tanggal 1 Januari 2025, Jepang mengalami cuaca ekstrem dengan salju lebat yang mengakibatkan banyak penumpang terjebak di bandara. Hujan salju yang intens ini menyebabkan pembatalan ratusan penerbangan, memaksa ribuan orang untuk menghabiskan malam tahun baru di terminal bandara.

Salju tebal yang turun sejak malam pergantian tahun membuat kondisi di berbagai daerah di Jepang menjadi sangat sulit. Di Bandara Narita, Tokyo, sekitar 6.000 penumpang terpaksa menunggu penerbangan mereka yang dibatalkan akibat salju yang menumpuk hingga 20 cm. Situasi ini menciptakan antrean panjang dan ketidaknyamanan bagi banyak orang yang ingin merayakan tahun baru bersama keluarga dan teman-teman.

Pihak Jepang Airlines melaporkan bahwa sebanyak 42 penerbangan dibatalkan pada hari itu, menambah daftar panjang pembatalan yang terjadi di seluruh negeri. Penumpang yang sudah memiliki rencana perjalanan harus mencari alternatif lain atau menunggu hingga situasi membaik. Beberapa dari mereka bahkan terpaksa menginap di bandara karena tidak ada pilihan akomodasi lain.

Pihak bandara berusaha memberikan dukungan kepada penumpang yang terjebak dengan menyediakan sleeping bag dan makanan ringan. Meskipun demikian, banyak penumpang yang mengeluh tentang kurangnya informasi dan fasilitas yang memadai selama mereka menunggu. Beberapa dari mereka mengungkapkan kekecewaan karena harus merayakan tahun baru dalam kondisi tidak nyaman di terminal bandara.

Selain bandara, salju lebat juga berdampak pada transportasi darat dan kereta api di berbagai wilayah. Layanan kereta api mengalami keterlambatan dan pembatalan, sementara jalan raya menjadi macet akibat kendaraan yang terjebak dalam salju. Pemerintah setempat telah mengerahkan tim penyelamat untuk membantu pengemudi dan penumpang yang terjebak.

Dengan situasi cuaca yang masih tidak menentu, semua pihak kini berharap agar kondisi dapat segera membaik agar transportasi kembali normal. Ribuan penumpang yang terjebak di bandara berharap dapat segera melanjutkan perjalanan mereka setelah merayakan tahun baru dalam keadaan sulit. Kejadian ini menjadi pengingat akan pentingnya persiapan menghadapi cuaca ekstrem dalam perjalanan, terutama saat musim dingin tiba.

Angka Bunuh Diri Di Jepang Akibat Terjebak Utang Melonjak

Pada tanggal 24 Desember 2024, data terbaru menunjukkan lonjakan signifikan dalam angka bunuh diri di Jepang, yang sebagian besar terkait dengan masalah finansial, terutama akibat terjerat utang. Dalam laporan tahunan yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Jepang, tercatat lebih dari 30.000 kematian akibat bunuh diri pada tahun 2024, dengan lebih dari 20% di antaranya disebabkan oleh tekanan finansial, termasuk utang pribadi yang tidak terbayarkan. Lonjakan ini menjadi perhatian serius, mengingat Jepang telah lama menghadapi isu kesehatan mental yang meluas di tengah kesulitan ekonomi.

Peningkatan bunuh diri terkait utang di Jepang sebagian besar disebabkan oleh penurunan daya beli yang drastis akibat inflasi dan meningkatnya biaya hidup. Banyak individu terperangkap dalam lingkaran utang karena ketidakmampuan mereka untuk memenuhi kewajiban finansial, seperti pinjaman pribadi, kartu kredit, dan pembayaran utang lainnya. Selain itu, sistem sosial yang kurang memadai dalam memberikan dukungan kepada individu yang terlibat utang menjadi faktor penyebab utama mengapa mereka merasa terisolasi dan tertekan.

Dalam budaya Jepang, terdapat norma sosial yang kuat mengenai harga diri dan citra sosial. Rasa malu yang dalam terhadap kegagalan finansial sering kali mendorong individu untuk memilih jalan pintas, yakni bunuh diri. Keterbatasan dalam berbicara terbuka mengenai masalah keuangan atau mental juga memperburuk situasi. Banyak orang merasa enggan mencari bantuan, baik dari keluarga, teman, atau lembaga profesional, karena khawatir akan dihakimi atau dianggap lemah.

Pemerintah Jepang mulai meningkatkan upaya untuk menangani masalah ini dengan memberikan bantuan lebih besar kepada individu yang terjebak utang. Program-program konseling dan pemberian informasi terkait manajemen utang diperkenalkan untuk mencegah lebih banyak nyawa hilang. Selain itu, berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Jepang juga mulai memperkenalkan kampanye kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan dukungan sosial, dengan tujuan mengurangi stigma terhadap orang yang mengalami tekanan finansial dan emosional.