Sebuah analisis mendalam terhadap pemindaian digital Titanic berukuran penuh telah mengungkapkan berbagai wawasan baru mengenai bencana kapal tersebut. Pemindaian ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang detik-detik terakhir kapal legendaris yang tenggelam setelah menabrak gunung es pada tahun 1912, mengakibatkan lebih dari 1.500 nyawa melayang.
Dilaporkan oleh BBC pada Jumat (11/4/2025), replika 3D yang sangat akurat memperlihatkan keganasan bencana tersebut. Salah satu temuan penting adalah bagaimana kapal terbelah menjadi dua saat tenggelam. Kerusakan parah ini terjadi setelah Titanic menabrak gunung es, mengakibatkan kehancuran pada struktur lambung kapal.
Pemindaian ini memberikan wawasan baru, terutama mengenai ruang ketel uap. Temuan ini mengonfirmasi laporan saksi mata yang menyatakan bahwa para insinyur kapal bekerja hingga detik-detik terakhir untuk menjaga agar lampu kapal tetap menyala, meskipun situasi sangat genting. Simulasi komputer yang dilakukan menunjukkan bahwa tusukan seukuran kertas A4 di lambung kapal menjadi pemicu kehancuran yang sangat besar bagi Titanic.
Parks Stephenson, seorang analis Titanic, menyatakan bahwa Titanic adalah saksi mata terakhir yang masih ada dari bencana tersebut, dan kapal itu masih memiliki banyak cerita yang perlu diceritakan. Pemindaian ini telah digunakan dalam pembuatan film dokumenter baru berjudul Titanic: The Digital Resurrection, yang diproduksi oleh National Geographic dan Atlantic Productions.
Bangkai Titanic yang terletak di kedalaman 3.800 meter di perairan es Atlantik dipetakan menggunakan robot bawah air. Lebih dari 700.000 gambar diambil dari berbagai sudut untuk membuat replika digital Titanic yang kemudian diungkapkan kepada dunia oleh BBC News pada tahun 2023.
Karena lokasi bangkai kapal yang sangat dalam dan gelap, sebelumnya penjelajahan dengan kapal selam hanya menghasilkan foto-foto terbatas yang menggoda. Namun, pemindaian digital ini memberikan tampilan penuh pertama dari Titanic dalam kondisi asli.
Haluan kapal yang sangat besar terletak tegak di dasar laut, seolah-olah kapal tersebut sedang melanjutkan pelayarannya, sementara buritan kapal yang terletak 600 meter dari haluan terlihat seperti tumpukan logam yang hancur. Kerusakan itu terjadi akibat hantaman dasar laut setelah kapal terbelah menjadi dua.
Teknologi pemetaan baru ini memungkinkan para peneliti untuk mempelajari kapal dengan cara yang berbeda. “Ini seperti sebuah TKP. Anda perlu melihat bukti-bukti yang ada, dalam konteks tempatnya,” ujar Parks Stephenson. “Memiliki pandangan yang komprehensif tentang keseluruhan situs bangkai kapal adalah kunci untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi.”
Pemindaian juga mengungkapkan detail baru, termasuk jendela kapal yang kemungkinan besar dihancurkan oleh gunung es, yang sesuai dengan laporan saksi mata korban selamat yang menyatakan bahwa es masuk ke dalam kabin beberapa orang selama tabrakan.
Temuan ini membawa perspektif baru dalam pemahaman kita tentang tragedi Titanic, mengungkapkan detil yang sebelumnya belum terungkap dan menambah kekayaan sejarah dari kapal yang tenggelam lebih dari seabad yang lalu.