Negara Malaysia Cabut Dakwaan Korupsi Eks PM Najib Razak Di Kasus 1MDB

Kejaksaan Malaysia resmi mencabut beberapa dakwaan korupsi yang sebelumnya dikenakan kepada mantan Perdana Menteri Najib Razak terkait dengan kasus skandal keuangan 1Malaysia Development Berhad (1MDB). Keputusan ini mengejutkan publik, mengingat besarnya skala skandal 1MDB yang telah mengguncang dunia keuangan global selama beberapa tahun terakhir.

Pencabutan dakwaan ini diumumkan oleh Kejaksaan Agung Malaysia setelah dilakukan peninjauan ulang terhadap sejumlah bukti dan prosedur hukum dalam kasus tersebut. Keputusan ini mencakup beberapa tuduhan yang mengaitkan Najib dengan penyelewengan dana negara melalui 1MDB. Pihak Kejaksaan mengungkapkan bahwa meskipun dakwaan utama telah dicabut, mereka tetap akan melanjutkan proses hukum terhadap aspek-aspek lain yang masih relevan.

Skandal 1MDB pertama kali terungkap pada tahun 2015 dan segera menarik perhatian internasional. 1MDB, yang didirikan untuk mengelola dana investasi negara Malaysia, dilaporkan telah mengalami penyelewengan dana sebesar miliaran dolar AS. Najib Razak sebagai perdana menteri saat itu diduga terlibat dalam penyalahgunaan dana tersebut untuk kepentingan pribadi dan politis. Kasus ini menyebabkan ketidakpercayaan terhadap pemerintah Malaysia dan memicu protes besar di dalam negeri.

Pencabutan dakwaan ini langsung memicu reaksi keras dari berbagai pihak, terutama dari kelompok oposisi dan aktivis yang menuntut keadilan. Banyak yang menganggap keputusan ini sebagai langkah mundur dalam upaya untuk menuntut pertanggungjawaban atas salah kelola keuangan negara. Meskipun demikian, para pengacara Najib Razak menyambut baik keputusan ini sebagai kemenangan hukum, meski mereka tetap berjanji untuk mematuhi proses hukum yang ada.

Keputusan ini diperkirakan akan memengaruhi stabilitas politik di Malaysia. Skandal 1MDB telah menjadi isu utama dalam pemilihan umum sebelumnya, dan pencabutan dakwaan ini bisa mempengaruhi pandangan publik terhadap pemerintahan yang sekarang. Bagi pemerintah Malaysia, keputusan ini akan menjadi ujian bagi kredibilitasnya dalam menangani kasus korupsi besar dan memastikan sistem hukum yang adil.

Pekerja Jepang ‘Sujud Syukur’ PM Perintahkan Bakal Naikan Gaji Besar-Besaran

Tokyo – Pekerja di Jepang menyambut gembira keputusan Pemerintah Jepang yang memerintahkan kenaikan gaji besar-besaran di sektor publik dan swasta. Langkah ini diumumkan oleh Perdana Menteri Fumio Kishida setelah adanya tekanan dari serikat pekerja dan kondisi ekonomi yang memaksa pemerintah untuk bertindak demi meningkatkan daya beli masyarakat.

Kenaikan gaji yang direncanakan akan berlaku mulai tahun 2025 ini bertujuan untuk mengatasi penurunan daya beli yang telah menggerogoti banyak keluarga di Jepang. Krisis inflasi dan biaya hidup yang tinggi, terutama di kota-kota besar seperti Tokyo, membuat banyak pekerja merasa tertekan. Menurut Kishida, kenaikan gaji ini diperlukan agar pekerja dapat menikmati kesejahteraan yang lebih baik dalam menghadapi tantangan ekonomi global.

Setelah pengumuman ini, banyak pekerja yang merayakannya dengan antusias. Beberapa di antaranya bahkan mengungkapkan rasa terima kasih dengan ‘sujud syukur’, sebuah simbol rasa syukur yang jarang terlihat dalam budaya Jepang. Kenaikan gaji ini diharapkan dapat mengurangi ketimpangan pendapatan dan memberikan rasa aman bagi kelas pekerja, yang selama ini merasa kesulitan menghadapi beban hidup yang terus meningkat.

Meskipun kenaikan gaji akan memberikan dampak positif bagi pekerja, kebijakan ini juga diprediksi akan mempengaruhi dunia bisnis. Banyak perusahaan yang harus menyesuaikan anggaran dan operasional mereka untuk memenuhi kenaikan upah yang signifikan. Namun, pemerintah meyakini bahwa kebijakan ini akan meningkatkan konsumsi domestik dan memicu pertumbuhan ekonomi jangka panjang, terutama dalam sektor ritel dan layanan.

Keputusan ini mencerminkan komitmen pemerintah Jepang dalam mendukung kesejahteraan warganya di tengah ketidakpastian ekonomi global.