Israel Mobilisasi Ribuan Tentara Cadangan untuk Perluas Serangan ke Gaza

Tentara cadangan Israel akan dimobilisasi dalam beberapa hari ke depan sebagai bagian dari rencana untuk memperluas serangan mereka di Gaza, di tengah situasi perundingan gencatan senjata yang terhambat. Informasi ini diperoleh dari laporan Kepala Staf Angkatan Pertahanan Israel, Letnan Jenderal Eyal Zamir, yang disampaikan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Katz, pada hari Jumat. Tujuan dari mobilisasi ini adalah untuk menambah intensitas serangan terhadap Hamas.

Sumber berita melaporkan bahwa militer Israel telah mulai mengeluarkan perintah bagi tentara cadangan untuk menggantikan pasukan aktif dan wajib militer di Israel dan wilayah Tepi Barat yang diduduki, agar mereka bisa kembali dikerahkan ke Gaza.

Meskipun juru bicara militer tidak mengonfirmasi atau membantah laporan ini, beberapa individu yang memiliki hubungan dengan jurnalis AFP mengungkapkan bahwa mereka telah menerima perintah mobilisasi.

Sementara itu, penyiar publik Israel, Kan 11, melaporkan bahwa rencana Zamir mencakup evakuasi warga sipil Palestina dari bagian utara dan tengah Gaza sebagai persiapan untuk memperluas operasi militer di sana. Taktik ini mirip dengan yang diterapkan sebelumnya di Rafah, Gaza selatan.

Kabinet keamanan Israel dijadwalkan untuk bertemu guna membahas perluasan serangan militer di Gaza. Perkembangan ini meningkatkan kecemasan di kalangan keluarga 59 sandera Israel yang masih berada di tangan Hamas, sebagian besar dari mereka diculik selama serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang kemudian memicu serangkaian serangan udara Israel yang telah menewaskan lebih dari 50.000 orang di Gaza.

Forum Sandera dan Keluarga Hilang mengeluarkan peringatan bahwa setiap eskalasi dalam konflik dapat membahayakan para sandera, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal. Mereka juga menekankan bahwa pengembalian para sandera merupakan prioritas moral utama bagi masyarakat Israel.

Negosiasi untuk pembebasan sandera telah terhenti beberapa minggu, meskipun upaya gencatan senjata yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar gagal tercapai. Hamas menuntut gencatan senjata permanen dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, sementara Israel menuduh Hamas menolak tawaran yang mereka anggap wajar.

Dalam perkembangan lain, Netanyahu menuduh mediator Qatar berperan ganda dalam negosiasi dan meminta negara Teluk tersebut untuk memilih pihak mana yang mereka dukung, apakah peradaban atau kebiadaban Hamas. Tuduhan ini datang setelah laporan bahwa Qatar mendesak Hamas untuk menolak proposal gencatan senjata yang diajukan oleh Mesir.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, membantah tuduhan tersebut, menyebutnya sebagai distorsi dari upaya diplomatik mereka, dan menuduh Israel menggunakan bantuan kemanusiaan sebagai alat politik, terutama mengingat blokade Israel terhadap bantuan kemanusiaan ke Gaza yang telah berlangsung sejak 2 Maret 2025.

WHO Mengecam Serangan Israel, Mengungkap Keprihatinan Mendalam atas Kondisi Anak-anak di Gaza

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengutuk serangan terbaru yang dilancarkan oleh Israel, yang telah menciptakan kondisi mengerikan di Gaza pada Kamis (1/5/2025). Pihak berwenang WHO mengungkapkan kemarahan mereka, dengan menyatakan bahwa dunia tampaknya membiarkan kekejaman ini berlangsung tanpa tindakan berarti.

Direktur Darurat WHO, Mike Ryan, mengungkapkan kekecewaannya dengan bertanya, “Berapa banyak darah yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan politik apapun?” seperti yang dilaporkan oleh Channel News Asia.

Ryan melanjutkan, “Kita menghancurkan tubuh dan pikiran anak-anak Gaza. Anak-anak Gaza kini menderita kelaparan, dan jika kita tidak bertindak, kita ikut bertanggung jawab atas apa yang sedang terjadi.”

Israel telah mengontrol ketat aliran bantuan internasional yang sangat dibutuhkan oleh 2,4 juta warga Palestina di Gaza. Sejak 2 Maret, Israel menghentikan pengiriman bantuan, beberapa hari setelah runtuhnya gencatan senjata yang sempat meredakan permusuhan setelah 15 bulan perang.

PBB terus memperingatkan tentang potensi bencana kemanusiaan yang semakin mendalam, dengan kelaparan yang kembali mengancam. Program Pangan Dunia (WFP) PBB menyebutkan bahwa mereka telah mengirimkan pasokan makanan terakhir yang tersedia untuk dapur-dapur di Gaza.

Menurut laporan Kementerian Kesehatan Gaza yang berada di bawah kendali Hamas, lebih dari 2.300 orang telah tewas sejak Israel melanjutkan serangan mereka, yang menjadikan jumlah korban tewas total sejak awal perang mencapai lebih dari 52.000.

Ryan juga menyoroti dampak yang mengerikan pada lebih dari 1.000 anak di Gaza yang kehilangan anggota tubuh, serta ribuan lainnya yang mengalami cedera tulang belakang, cedera kepala parah, dan kondisi psikologis yang meresahkan.

“Kita menyaksikan semua ini terjadi di depan mata kita, dan kita tidak melakukan apapun untuk menghentikannya,” tegas Ryan.

Dalam pernyataan yang emosional di hadapan para ahli dan jurnalis WHO di kantor pusatnya di Jenewa, Ryan juga mengungkapkan kekecewaannya.

“Sebagai seorang dokter, saya marah karena tidak melakukan lebih banyak. Saya marah pada kita semua di sini,” tambahnya.

“Ini tidak bisa terus berlangsung… Ini adalah kekejian,” tutupnya.

Misi Shenzhou-19: Kepulangan Kru dari Stasiun Luar Angkasa Tiangong

Wahana antariksa berawak Shenzhou-19 milik China sukses melepaskan diri dari kombinasi stasiun luar angkasa Tiangong pada Rabu (30/4) pukul 04.00 waktu Beijing atau 03.00 WIB. Ketiga astronot di dalamnya, yakni Cai Xuzhe, Song Lingdong, dan Wang Haoze, kini tengah menempuh perjalanan kembali ke Bumi. Menurut keterangan dari Badan Antariksa Berawak China (China Manned Space Agency/CMSA), Shenzhou-19 dijadwalkan mendarat di lokasi pendaratan Dongfeng yang terletak di Daerah Otonom Mongolia Dalam, wilayah utara China.

Sebelum pelepasan, kru Shenzhou-19 bersama tim darat telah menyelesaikan berbagai prosedur penting. Di antaranya adalah mengatur sistem pada stasiun antariksa, mengolah serta mengirimkan hasil eksperimen ilmiah, dan memindahkan sisa-sisa logistik. Selain itu, para kru juga sempat melakukan serah terima tugas dengan kru dari misi Shenzhou-20, sekaligus berbagi pengalaman kerja selama berada di orbit.

Sebenarnya, kepulangan Shenzhou-19 sempat dijadwalkan sehari sebelumnya, yaitu pada Selasa (29/4). Namun, misi itu harus ditunda akibat kondisi cuaca berangin yang tidak memungkinkan untuk proses pendaratan di Dongfeng. CMSA menyatakan bahwa cuaca saat ini telah membaik dan memenuhi standar keselamatan misi, sehingga seluruh persiapan pendaratan telah rampung.

Sebagai informasi tambahan, China baru saja meluncurkan misi Shenzhou-20 pada Kamis (24/4) lalu. Misi ini mengirimkan tiga astronot—Chen Dong, Chen Zhongrui, dan Wang Jie—ke stasiun luar angkasa Tiangong untuk menjalani tugas selama enam bulan ke depan.

Netanyahu: Kami Akan Terus Berjuang untuk Meraih Kemenangan di Gaza

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan komitmennya untuk meraih kemenangan dalam konflik di Gaza dan memastikan pembebasan para sandera. Dalam sebuah pernyataan video, Netanyahu berkata, “Kami akan terus berjuang untuk kemenangan demi menghormati para korban tewas, termasuk untuk memulangkan semua sandera kami,” sebagaimana dilansir oleh AFP pada Rabu (30/4/2025).

Setelah itu, pada pukul 20.00 waktu setempat, sirene berbunyi di seluruh Israel sebagai tanda dimulainya hening cipta selama satu menit untuk mengenang para korban yang tewas.

Hari peringatan tahunan ini selalu menjadi momen yang penuh beban bagi warga Israel, mengingat negara ini telah terlibat dalam banyak konflik sejak berdirinya pada 1948. Namun, setelah serangan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023 dan perang yang terus berlanjut di Gaza selama lebih dari 18 bulan, hari tersebut kini memiliki makna yang lebih mendalam bagi banyak orang.

Kepala Staf Militer Israel, Letnan Jenderal Eyal Zamir, juga berjanji akan meningkatkan usaha untuk membebaskan para sandera. Dalam pidatonya di Yerusalem, Zamir menegaskan, “Musuh-musuh kami telah salah menilai reaksi kami. Begitu pula Hamas yang salah mengira tekad kami untuk membebaskan sandera dan mengalahkannya. Kedua misi ini saling terkait, dan kami akan terus berusaha hingga keduanya tercapai.”

Dari total 251 sandera yang diculik dalam serangan tersebut, 58 masih ditahan di Gaza, dengan 34 di antaranya dipastikan tewas menurut militer Israel.

Menurut data resmi, serangan itu telah merenggut nyawa 1.218 orang, sebagian besar adalah warga sipil. Sementara itu, serangan balasan dari Israel telah mengakibatkan sedikitnya 52.365 orang tewas di Gaza, mayoritas dari mereka adalah warga sipil, menurut kementerian kesehatan setempat yang berada di bawah kontrol Hamas.

Menggali Luka Lama: Penyintas Bom Hiroshima dan Nagasaki Buka Suara di Peringatan 80 Tahun

Memasuki peringatan 80 tahun tragedi bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, para penyintas atau hibakusha mulai kembali membagikan kisah pilu mereka. Pemerintah Jepang, melalui Kementerian Kesejahteraan, meluncurkan upaya nasional untuk mengumpulkan kesaksian dari sekitar 106.000 penyintas yang masih hidup. Ini menjadi kali pertama dalam tiga dekade terakhir pemerintah meminta secara menyeluruh partisipasi dari seluruh penyintas untuk mendokumentasikan pengalaman mereka.

Selebaran telah dibagikan oleh pemerintah prefektur untuk mendorong para hibakusha menuliskan kenangan mereka. Selain itu, kementerian juga mengumpulkan potret para penyintas yang telah meninggal, pakaian yang terkena dampak ledakan, dan foto-foto bersejarah dari saat pengeboman. Semua koleksi ini nantinya akan disimpan di Balai Peringatan Perdamaian Nasional untuk Korban Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki, serta sebagian akan dipamerkan kepada publik atas persetujuan pemilik atau keluarganya.

Pengumpulan kesaksian skala besar sebelumnya dilakukan pada tahun 1995 ketika jumlah penyintas masih sekitar 320.000 orang. Sementara itu, pengumpulan tambahan dilakukan secara acak pada 2005 dan 2015. Tragedi mengerikan ini bermula saat Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima pada 6 Agustus 1945, menewaskan sekitar 140.000 orang, lalu diikuti dengan serangan di Nagasaki tiga hari kemudian yang menewaskan 70.000 orang tambahan. Jepang akhirnya menyerah pada 15 Agustus 1945, menandai berakhirnya Perang Dunia II. Meski begitu, saat ini Jepang memilih untuk tidak menghadiri pertemuan PBB tentang Traktat Pelarangan Senjata Nuklir, meski dorongan kuat telah diberikan oleh Nihon Hidankyo, organisasi penyintas bom atom Jepang yang baru saja menerima Hadiah Nobel Perdamaian.

Peluang Baru Penempatan Pekerja Migran Indonesia ke Belanda

Wakil Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Christina Aryani, melakukan diskusi dengan Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Marc Gerritsen, pada Selasa (29/4) di Jakarta. Mereka membahas peluang penempatan pekerja migran Indonesia di sektor-sektor penting seperti kesehatan, hospitality, otomotif, dan konstruksi di Belanda. Christina menekankan bahwa Indonesia memiliki sekolah vokasi yang dapat menghasilkan tenaga kerja terampil untuk memenuhi kebutuhan pasar Belanda.

Christina berharap bahwa lulusan vokasi, khususnya di sektor kesehatan, dapat memenuhi sekitar 10 hingga 20 persen dari kebutuhan tenaga kerja kesehatan di Belanda yang diperkirakan akan membutuhkan hingga 266.000 pekerja pada 2035. Saat ini, penempatan pekerja migran Indonesia di sektor kesehatan Belanda masih terbatas dan lebih banyak terjadi melalui skema private-to-private.

Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto memberikan arahan untuk memperbanyak penempatan pekerja migran Indonesia di Eropa, termasuk di Belanda. Meski pemerintah Belanda belum aktif mencari pekerja migran secara resmi, mereka menghadapi kekurangan tenaga kerja di beberapa sektor. Marc Gerritsen menambahkan bahwa Belanda dapat memperluas peluang melalui skema business-to-business atau private-to-private yang dikelola oleh Kementerian P2MI.

Selain itu, Belanda juga sedang mengembangkan industri semi konduktor yang membutuhkan tenaga kerja di bidang engineering dan IT. Industri ini aktif mencari talenta dari berbagai negara, termasuk Indonesia, untuk pelatihan atau belajar, yang membuka peluang besar bagi pekerja Indonesia.

Apa Dampak Jika Ukraina Mengakui Krimea Sebagai Milik Rusia?

Amerika Serikat dikabarkan telah menyampaikan sebuah dokumen rahasia kepada sekutu-sekutu Eropanya, yang memuat usulan gencatan senjata guna menghentikan konflik antara Rusia dan Ukraina.Salah satu syarat utama dalam proposal tersebut adalah pengakuan atas kendali Rusia atas semenanjung Krimea, yang dianeksasi pada 2014. Laporan ini pertama kali dimuat oleh sejumlah media besar, termasuk Bloomberg, CNN, The Washington Post, dan The Wall Street Journal.

AS disebutkan sedang menunggu respons dari Ukraina hingga 23 April. Sebelumnya, sebuah pertemuan yang direncanakan untuk membahas perundingan damai antara Ukraina dan negara-negara seperti Jerman, Inggris, Prancis, dan AS yang seharusnya diadakan di London, Inggris, terpaksa ditunda setelah beberapa delegasi negara tersebut memutuskan untuk tidak hadir.

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, dikabarkan juga mengundurkan diri dari pertemuan tersebut. Presiden AS Donald Trump sejauh ini belum mengonfirmasi maupun membantah kabar bahwa pengakuan Krimea sebagai wilayah Rusia menjadi salah satu syarat utama dalam proposal tersebut.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menegaskan bahwa Ukraina tidak akan pernah menerima pengakuan atas aneksasi Krimea oleh Rusia. Zelenskyy menyatakan bahwa wilayah tersebut adalah bagian dari Ukraina dan pengakuan atas aneksasi tersebut akan melanggar konstitusi Ukraina.

Sejak Rusia secara ilegal mencaplok Krimea pada tahun 2014, isu ini terus mendapat perhatian internasional. Respon pertama datang dari Refat Chubarov, pemimpin gerakan Tatar Krimea di Ukraina, yang mengkritik kebijakan AS dan menyatakan bahwa pemerintah Trump sedang menguji kepemimpinan Ukraina dengan pesan yang berisikan penyerahan teritorial sebagai syarat perdamaian.

Pernyataan keras juga datang dari pihak Ukraina, dengan penasihat Presiden Serhiy Leshchenko yang menyatakan bahwa Ukraina tidak pernah membahas pengakuan Krimea sebagai bagian dari Rusia dalam pertemuan dengan AS.

Lembaga nirlaba Robert Lansing Institute for Global Threats and Democracies Studies (RLI) mengungkapkan beberapa risiko dan dampak dari pengakuan aneksasi Krimea oleh AS. Menurut lembaga tersebut, pengakuan ini akan merusak prinsip-prinsip integritas teritorial dalam hukum internasional dan melemahkan tatanan global pasca-Perang Dunia II. Selain itu, hal tersebut juga bisa menyebabkan keretakan dalam hubungan AS dengan sekutunya, terutama dengan Ukraina dan negara-negara Eropa Timur.

Volodymyr Fesenko, ilmuwan politik Ukraina, menyebutkan bahwa pengakuan terhadap aneksasi Krimea akan menciptakan preseden yang sangat berbahaya, tidak hanya bagi Ukraina, tetapi juga bagi negara-negara lain, seperti yang terjadi dengan klaim Cina terhadap Taiwan.

Dengan situasi yang terus berkembang, banyak pihak meragukan kemungkinan tercapainya terobosan diplomatik dalam waktu dekat, dan kini pertanyaannya adalah langkah selanjutnya yang akan diambil oleh Amerika Serikat.

Penerbangan Sipil China Siap Menyambut Lonjakan Penumpang Selama Liburan Hari Buruh

Sektor penerbangan sipil China diprediksi akan mengalami pertumbuhan stabil selama liburan Hari Buruh, yang berlangsung dari 1 hingga 5 Mei. Administrasi Penerbangan Sipil China (CAAC) memperkirakan akan ada 10,75 juta penumpang yang terbang di seluruh negeri, dengan rata-rata 2,15 juta perjalanan per hari. Angka ini menunjukkan peningkatan 8 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan mencatatkan rekor baru untuk periode liburan tersebut.

Hari-hari puncak perjalanan, yakni 1 dan 5 Mei, diprediksi akan menyaksikan lebih dari 2,3 juta perjalanan penumpang. Sebagian besar perjalanan domestik terpusat pada rute-rute utama yang menghubungkan empat klaster kota besar di China, seperti Beijing-Tianjin-Hebei, Delta Sungai Yangtze, Kawasan Teluk Besar Guangdong-Hong Kong-Makau, dan Chengdu-Chongqing. Selain itu, rute-rute menuju destinasi wisata populer, seperti Xishuangbanna dan Lijiang di Yunnan, serta Lhasa di Xizang, juga diminati oleh banyak wisatawan.

Di sektor penerbangan internasional, permintaan diperkirakan akan mencapai tingkat tertinggi sejak awal kuartal kedua tahun ini, dengan Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara Asia Tenggara masih menjadi tujuan utama. CAAC juga menyoroti bahwa kebijakan visa yang lebih mudah untuk wisatawan inbound dan transit, serta layanan pengembalian pajak yang disederhanakan, turut mendorong lonjakan kunjungan wisatawan asing.

Untuk mengantisipasi lonjakan perjalanan, maskapai penerbangan telah merencanakan 88.000 penerbangan terjadwal, meningkat 2,3 persen dibandingkan tahun lalu. Sebanyak 173 penerbangan ekstra juga telah disetujui, mewakili peningkatan sebesar 8 persen dibandingkan tahun lalu.

Namun, perkiraan cuaca menunjukkan suhu tinggi yang melanda China, yang berpotensi menyebabkan cuaca buruk dan curah hujan tinggi. Oleh karena itu, CAAC telah mengimbau unit-unit operasional untuk memprioritaskan keselamatan dan respons terhadap cuaca yang tidak menentu, serta mengurangi risiko cuaca ekstrem.

Korea Utara Akui Kirimkan Tentara untuk Bantu Rusia Hadapi Ukraina

Untuk pertama kalinya, Korea Utara mengonfirmasi telah mengirimkan tentara mereka untuk mendukung Rusia dalam konflik melawan Ukraina. Pyongyang menyatakan bahwa pengiriman pasukannya berdasarkan perjanjian kerja sama pertahanan bilateral antara kedua negara. Dalam laporan yang disampaikan oleh Korean Central News Agency (KCNA) pada Senin, pasukan Korut turut berperan dalam operasi pembebasan wilayah Kursk, yang dilakukan atas instruksi langsung dari Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.

KCNA juga menyebutkan bahwa pasukan Korut berkontribusi besar dalam menghancurkan pasukan Ukraina yang mereka sebut sebagai “kuasa neo-Nazi,” dengan menunjukkan keberanian luar biasa dan semangat pengorbanan yang tinggi. Laporan ini disampaikan setelah Rusia secara resmi mengakui keterlibatan tentara Korut dalam perang tersebut.

Dalam pertemuan telekonferensi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 26 April, Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia, Valery Gerasimov, mengonfirmasi bahwa Moskow berhasil merebut kembali sebagian wilayah Kursk yang sempat dikuasai Ukraina. Keberhasilan tersebut diakui sebagai simbol kuatnya hubungan persahabatan militer antara Korea Utara dan Rusia.

Perjanjian Kerja Sama Strategis Komprehensif yang ditandatangani Kim Jong Un dan Vladimir Putin pada Juni 2024 mencakup komitmen saling mendukung jika salah satu negara diserang. Pyongyang juga menekankan bahwa keterlibatan militer mereka sesuai dengan hukum internasional dan Piagam PBB.

Kim Jong Un menegaskan bahwa mereka yang berjuang demi keadilan adalah pahlawan sejati. Sebagai penghormatan, sebuah monumen untuk menghargai keberanian tentara Korut yang terlibat dalam perang tersebut akan segera dibangun di Pyongyang. Meskipun demikian, jumlah tentara Korut yang dikerahkan tidak diungkapkan.

400+ Pasien Gagal Ginjal di Gaza Meninggal Akibat Kesulitan Akses Cuci Darah Selama 18 Bulan

Pasien gagal ginjal di Gaza sedang menghadapi kondisi yang sangat sulit. Tanpa adanya konflik, mereka sudah harus menanggung penderitaan akibat penyakit dan menjalani cuci darah secara rutin. Ketika perang berlangsung, mereka semakin kesulitan mendapatkan akses untuk dialisis. Akibatnya, lebih dari seratus pasien meninggal dalam 18 bulan terakhir.

Seperti yang dilaporkan oleh detikHealth, pasien gagal ginjal yang masih bertahan hidup di Gaza terus menghadapi tantangan besar. Salah satunya adalah Mohamed Attiya (54), yang setiap minggu harus melakukan perjalanan jauh menuju Rumah Sakit Shifa untuk menjalani dialisis. Attiya telah menderita gagal ginjal selama 15 tahun dan rutin menjalani cuci darah, namun sekarang perawatan yang ia terima semakin terbatas karena kerusakan fasilitas akibat perang dan kekurangan stok perlengkapan medis. Ayah dari enam anak ini kesulitan membersihkan racun dari darahnya secara efektif.

Menurut Attiya, dialisis hanya memberinya kesempatan untuk bertahan hidup, namun tidak bisa mengatasi masalah kesehatan yang lebih mendalam. Korban jiwa di Gaza tidak hanya disebabkan oleh serangan langsung, tetapi juga oleh kekurangan perawatan medis yang memadai untuk pasien penyakit kronis seperti gagal ginjal. Laporan menyebutkan bahwa lebih dari 400 pasien meninggal dalam periode konflik karena kesulitan mendapatkan perawatan yang memadai. Ini setara dengan sekitar 40 persen dari total kasus dialisis di Gaza.

Sebelum perang, Gaza memiliki 182 mesin dialisis, namun sekarang hanya tersisa 102 unit. Sebagian besar mesin ini rusak atau tidak berfungsi akibat kerusakan infrastruktur. Di Gaza utara, hanya 27 mesin yang tersedia, padahal wilayah ini menjadi tempat pengungsian bagi ratusan ribu orang selama gencatan senjata.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kekurangan mesin dialisis ini semakin parah dengan tidak tersedianya obat-obatan yang diperlukan untuk mendukung pengobatan ginjal. Dr. Ghazi al-Yazigi, kepala departemen nefrologi dan dialisis Rumah Sakit Shifa, mengungkapkan bahwa lebih dari 400 pasien gagal ginjal meninggal akibat kekurangan perawatan yang memadai selama perang. Akibatnya, pasien-pasien seperti Attiya terpaksa menjalani sesi dialisis yang lebih pendek dan lebih jarang, yang meningkatkan risiko komplikasi serius seperti akumulasi racun dalam darah dan cairan tubuh yang dapat berujung pada kematian.

Ini adalah gambaran tragis dari dampak perang terhadap sistem kesehatan di Gaza, terutama bagi pasien-pasien yang membutuhkan perawatan medis rutin dan intensif seperti cuci darah.