Sebuah sekolah swasta di China bagian selatan dikabarkan menerapkan kebijakan yang mewajibkan orang tua menyetujui penggunaan hukuman fisik sebagai bagian dari disiplin siswa. Berdasarkan laporan Jimu News, aturan ini memungkinkan guru memberikan hukuman berupa pemukulan pada telapak tangan siswa maksimal 10 kali per pelanggaran, sementara hukuman berdiri dapat berlangsung hingga dua jam.
“Kami ingin menanamkan rasa tanggung jawab pada siswa atas tindakan mereka agar mereka lebih sadar dalam menghindari kesalahan yang sama serta tumbuh menjadi individu yang taat aturan dan berperilaku baik,” bunyi pernyataan dalam aturan tersebut.
Menurut laporan South China Morning Post (SCMP), sekolah yang menerapkan kebijakan ini adalah Longyuan Experimental School di Yangjiang, Provinsi Guangdong. Sekolah ini juga memiliki regulasi ketat terkait penampilan siswa, seperti larangan bagi siswa laki-laki untuk berambut panjang, serta larangan bagi siswi perempuan menggunakan lipstik, cat kuku, atau perhiasan.
Dalam upaya mendorong gaya hidup sederhana, sekolah mewajibkan siswa mengenakan pakaian dengan harga di bawah 100 yuan (sekitar Rp 224.000) serta sepatu yang tidak lebih mahal dari 80 yuan (sekitar Rp 179.000). Longyuan Experimental School dikenal sebagai salah satu institusi pendidikan unggulan di daerahnya, dengan siswa yang berhasil meraih nilai tinggi dalam ujian masuk sekolah menengah selama beberapa tahun terakhir. Saat ini, sekolah tersebut menampung sekitar 2.500 siswa dari tingkat 1 hingga 9. Bagi siswa atau orang tua yang tidak setuju dengan peraturan yang ada, sekolah memberikan opsi untuk pindah ke institusi lain.
Seorang guru yang tidak disebutkan namanya menjelaskan bahwa hukuman fisik diberikan kepada siswa yang tidak menyelesaikan tugas rumah atau melakukan kesalahan di kelas. Hukuman ini hanya diterapkan seminggu sekali sebagai bentuk peringatan. Sementara itu, hukuman berdiri diberikan kepada siswa yang tertidur atau kurang fokus saat pembelajaran berlangsung.
Pihak sekolah menyatakan bahwa aturan ini telah disesuaikan dengan regulasi yang ditetapkan Kementerian Pendidikan China pada 2021 mengenai disiplin sekolah dasar dan menengah. Namun, kebijakan tersebut sebenarnya melarang segala bentuk hukuman fisik dan membatasi durasi hukuman berdiri maksimal satu jam pelajaran atau sekitar 45 menit.
Kontroversi terkait penerapan hukuman fisik di Longyuan Experimental School menarik perhatian publik pada pertengahan Februari. Kritik terhadap kebijakan ini membuat departemen pendidikan setempat meminta sekolah untuk merevisi aturan yang ada. “Kami memastikan sekolah tidak lagi meminta orang tua untuk menandatangani persetujuan terkait hukuman fisik ini,” ujar seorang pejabat setempat.
Perdebatan mengenai kebijakan ini juga ramai diperbincangkan di media sosial. Beberapa pihak menentang keras penggunaan hukuman fisik dalam dunia pendidikan, sementara yang lain justru mendukungnya. “Sekolah seharusnya mengedepankan pendekatan yang lebih lembut dalam membimbing siswa agar mereka bisa berkembang dengan baik,” komentar salah satu warganet.
Namun, ada pula orang tua yang justru mendukung kebijakan tersebut. “Sejak anak-anak saya pindah ke sekolah ini, mereka menjadi lebih disiplin dan prestasi akademik mereka meningkat. Guru juga aktif berkomunikasi dengan saya mengenai perkembangan mereka,” ujar salah satu orang tua siswa.