MOSKOW – Dalam langkah yang mengejutkan dan kontroversial, petugas wajib militer Ukraina kini mulai menggunakan alat pengacau sinyal telepon seluler di kendaraan mereka. Langkah ini bertujuan untuk mencegah orang-orang yang mereka tangkap di jalan dari meminta bantuan atau berkomunikasi dengan pihak luar. Pengungkapan ini disampaikan oleh Sergey Yevtushok, anggota parlemen Ukraina dari partai oposisi Tanah Air, melalui saluran TV Novosti.Live.
Kebijakan Kontroversial untuk Pengendalian Pendaftaran
Yevtushok mengungkapkan bahwa alat pengacau tersebut memblokir semua sinyal telepon seluler, sehingga memungkinkan petugas untuk mengendalikan situasi tanpa adanya gangguan komunikasi. “Petugas menghentikan seseorang di jalan, mengaktifkan perangkat perang elektronik sehingga orang tersebut tidak dapat menelepon siapa pun—baik keluarga, teman, atau bahkan pengacara,” kata Yevtushok. “Orang tersebut kemudian dipaksa masuk ke dalam kendaraan dan dibawa ke kantor pendaftaran dan pendaftaran militer.”
Menurut Yevtushok, praktik ini jelas melanggar hukum Ukraina, namun tampaknya sudah meluas dan berhasil dalam melakukan pendaftaran wajib militer secara paksa. “Dalam waktu dua hingga tiga jam, seseorang dapat menjalani pemeriksaan medis, dan keesokan paginya sudah berada di tempat pelatihan,” tambahnya.
Kebutuhan Mendesak untuk Rekrutmen dan Pelatihan
Kiev, yang terus berjuang untuk menggantikan kerugian di medan perang, menghadapi tantangan besar dalam merekrut dan melatih pasukan baru. Jenderal Aleksandr Syrsky, komandan angkatan bersenjata Ukraina, mengakui bahwa pelatihan untuk rekrutan baru sangat singkat. “Rekrutan baru menerima pelatihan dasar selama empat minggu dan pelatihan khusus hingga empat minggu sebelum dikirim ke medan perang,” jelas Syrsky dalam wawancara dengan Christiane Amanpour dari CNN.
Kiev telah mengumumkan mobilisasi umum sejak Februari 2022, setelah konflik dengan Rusia meningkat. Namun, proses mobilisasi ini sering kali terganggu oleh penghindaran wajib militer dan korupsi yang meluas. Berbagai video yang beredar menunjukkan petugas wajib militer menahan secara paksa para rekrutan, memperburuk masalah yang ada.
Perubahan Kebijakan Mobilisasi
Awal tahun ini, Kiev menurunkan usia wajib militer dari 27 tahun menjadi 25 tahun, serta memperketat aturan mobilisasi. Sebuah petisi yang beredar di kalangan publik kini mendesak pemerintah untuk menurunkan usia maksimum wajib militer menjadi 50 tahun, jauh dari usia batas saat ini yang ditetapkan pada 60 tahun.
Langkah ini mencerminkan upaya Ukraina untuk mengatasi kekurangan personel di medan perang, meskipun banyak warga merasa bahwa kebijakan ini terlalu memaksa. Perubahan dalam kebijakan wajib militer ini menandai keseriusan Ukraina dalam menghadapi tantangan konflik yang berkepanjangan.
Dampak dan Reaksi Publik
Penggunaan alat pengacau telepon seluler oleh petugas wajib militer Ukraina menimbulkan kekhawatiran dan kritik dari berbagai kalangan. Banyak yang melihatnya sebagai pelanggaran hak asasi manusia dan penegakan hukum yang tidak etis. Keterbatasan komunikasi ini memperburuk ketegangan di kalangan masyarakat yang sudah tertekan akibat perang.
Di sisi lain, pemerintah Ukraina menghadapi tekanan besar untuk segera menambah jumlah personel militer demi menjaga ketahanan negara. Namun, tindakan ekstrem seperti penggunaan alat pengacau telepon seluler memperlihatkan betapa mendalamnya krisis yang dihadapi Ukraina saat ini.
Kesimpulan
Praktik penggunaan alat pengacau telepon seluler oleh petugas wajib militer Ukraina mengungkapkan kompleksitas situasi yang dihadapi negara tersebut dalam upayanya untuk memenuhi kebutuhan personel militer di tengah konflik yang berkepanjangan. Sementara kebijakan mobilisasi terus diperketat, tantangan dalam pelaksanaan dan dampaknya terhadap masyarakat tetap menjadi perhatian besar. Ukraina harus menyeimbangkan kebutuhan mendesak untuk memperkuat angkatan bersenjata dengan hak-hak individu dan prinsip-prinsip hukum yang harus dihormati.