Badan intelijen Amerika Serikat (AS) mengekspresikan keprihatinan terkait kemungkinan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh yang dipasok oleh Washington untuk menyerang dalam wilayah Rusia. Mereka khawatir bahwa langkah ini dapat memicu serangan balasan dari Rusia terhadap pangkalan militer AS di berbagai belahan dunia. Dalam penilaian yang dirilis oleh New York Times pada Kamis (27/9/2024), meskipun Ukraina diberi izin untuk menggunakan rudal tersebut, dampaknya terhadap perang mungkin tidak signifikan mengingat jumlahnya yang terbatas.
Lebih jauh lagi, setelah serangan awal Ukraina menggunakan misil jarak jauh, Rusia diperkirakan akan memindahkan fungsi militer yang penting ke lokasi yang lebih aman, menyulitkan Ukraina untuk mencapai tujuan militer mereka. Penilaian intelijen AS menyatakan bahwa keputusan ini berisiko tinggi, karena dapat memicu “serangan berbahaya dari Moskow terhadap aset militer AS di seluruh dunia.” Respons Rusia yang mungkin terjadi bisa berkisar dari aksi sabotase di fasilitas Eropa hingga serangan langsung terhadap pangkalan militer AS dan Eropa.
Para pejabat AS percaya bahwa jika Rusia memutuskan untuk membalas, mereka kemungkinan akan melakukannya secara “diam-diam,” menghindari serangan terbuka demi meminimalkan risiko konflik yang lebih luas. Aliansi internasional telah menyuplai Ukraina dengan tiga tipe sistem rudal jarak jauh: ATACMS yang diproduksi di negeri Paman Sam, Storm Shadows buatan Inggris, dan rudal SCALP asal Prancis. Kyiv telah berulang kali memanfaatkan sistem ini untuk menyerang infrastruktur dan menimbulkan ketakutan di kalangan warga sipil di Crimea serta wilayah-wilayah lain yang dikuasai Rusia.