Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan rencana pemangkasan bantuan pangan bagi sekitar satu juta pengungsi Rohingya di Bangladesh mulai bulan depan. Program Pangan Dunia (WFP) PBB dalam surat resmi yang dirilis pada Rabu (5/3/2025) menyebutkan bahwa keterbatasan dana yang parah menjadi penyebab utama kebijakan ini. Sebelumnya, pengungsi menerima bantuan makanan senilai 12,50 dolar AS (sekitar Rp 240.000) per bulan, namun kini jumlah tersebut akan dikurangi menjadi hanya 6 dolar AS (sekitar Rp 98.000) per orang.
“Sayangnya, kami belum memperoleh pendanaan yang mencukupi, dan langkah penghematan yang telah diterapkan masih belum cukup,” demikian pernyataan dalam surat tersebut yang dikutip dari AFP, Kamis (6/3/2025). Perwakilan Badan Pengungsi Bangladesh, Md Shamsud Douza, mengungkapkan bahwa pemerintah akan segera menggelar pertemuan dengan berbagai pihak guna membahas dampak kebijakan tersebut.
Pengumuman ini disampaikan hanya beberapa hari sebelum kunjungan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, yang dijadwalkan menemui pengungsi Rohingya dalam rangka memperingati bulan suci Ramadhan. Saat ini, sebagian besar komunitas Rohingya yang mengalami diskriminasi dan tidak memiliki kewarganegaraan tinggal di kamp-kamp pengungsian yang padat di Bangladesh. Gelombang pengungsi besar-besaran terjadi pada 2017 setelah militer Myanmar melancarkan tindakan keras, yang memaksa sekitar 750.000 warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh dengan membawa kisah-kisah memilukan tentang kekerasan, pembunuhan, dan pembakaran desa-desa mereka.
Bangladesh terus berupaya menampung populasi pengungsi yang besar, meskipun prospek pemulangan ke Myanmar atau relokasi ke negara ketiga masih sangat terbatas. Para pengungsi yang tinggal di kamp-kamp sekitar Cox’s Bazar dilarang bekerja dan bergantung sepenuhnya pada bantuan kemanusiaan yang kini semakin terbatas. Pemangkasan bertahap terhadap bantuan pangan ini semakin memperburuk kondisi mereka, dengan meningkatnya angka malnutrisi di kalangan pengungsi.
Kondisi yang kian sulit mendorong banyak pengungsi untuk mencari jalan keluar dengan menempuh perjalanan laut yang berbahaya demi kehidupan yang lebih baik. Pada Januari lalu, lebih dari 250 pengungsi Rohingya berhasil mencapai Indonesia setelah menempuh perjalanan panjang di lautan yang penuh risiko.